NOIDA (Arrahmah.com) – Pada hari Minggu (6/9/2020), sekitar tengah malam, Mohammad Sabir (20) diberi tahu oleh polisi bahwa mereka telah menemukan mayat ayahnya, Aftab Alam, diikat disisi mobilnya sendiri di Gautam Nagar, Uttar Pradesh.
Sabir tidak sepenuhnya terkejut mendengar ini, katanya. Sebab beberapa jam sebelumnya, dia merasakan ada yang tidak beres ketika menerima telepon dari ayahnya selama 40 menit tanpa ayahnya berbicara.
Sabir hanya mendengar orang-orang “mabuk” diujung telepon yang bertanya kepada ayahnya apakah dia ingin minum. Sabir mendengar ayahnya berkata ‘tidak’.
Sabir kemudian menambahkan bahwa orang-orang itu menanyakan nama ayahnya.
Setelah merasakan ada yang tidak beres, dia mulai merekam panggilan dari ayahnya itu.
Dalam file audio panggilan yang dilansir The Hind News, pada menit 8:39, salah satu pria terdengar berkata, “Jai Shri Ram bol, bol Jai Shri Ram”.
Nyanyian biasanya adalah seruan aksi kekerasan Hindutva dan kerap dilakukan apabila akan ada yang dihukum gantung.
Sabir tidak mendengar lagi percakapan setelah itu. Tapi 11 menit kemudian, pada menit 19:41, salah satu pria terdengar berkata, “Saans ruk gayi.” “Dia berhenti bernapas.”
“Ayah saya pergi mengantar salah satu klien di Bulandshahr kemarin sekitar jam 3 sore. Dalam perjalanan dia menelepon saya dan menyuruh saya mengisi ulang Fast Tag-nya. Saya melakukan itu sekitar pukul 19.30 dan setelah beberapa saat saya ditelepon lagi, saya kira ini dari dekat gerbang tol. Dia mungkin merasa bahwa beberapa pria yang dia temui bukanlah tipe orang yang tepat, jadi dia menelepon saya dan mungkin memasukkan ponsel ke sakunya,” ungkap Sabir.
Sabir merekam panggilan tersebut selama 40 menit berikutnya, sampai ponsel ayahnya mati. Dia segera pergi ke kantor polisi terdekat dan meminta bantuan.
“Pak Sub-inspektur Sanjay membantu saya ketika saya memberi tahu dia tentang masalah tersebut. Dia segera mulai melacak ponsel ayah saya dan mengakses lokasi terakhir kartu SIM,” papar Sabir.
Ternyata lokasi terakhir ayahnya berada di dekat kantor polisi Badalpur.
Di tempat itu pula ayahnya ditemukan polisi telah tak bernyawa dengan tubuh penuh luka memar.
“Daerah lidahnya memar parah, telinganya berdarah, ada luka besar diwajahnya. Ini jelas merupakan kasus hukuman mati-matian,” katanya, menggunakan frasa yang melambangkan kejahatan rasial di India. “Tapi polisi hanya mendaftarkan kasus perampokan.”
“Seandainya ini kasus perampokan, mengapa mereka tidak mengambil mobilnya? Mereka akan mencuri mobil itu dan membuang tubuhnya ke jalan. Ini jelas merupakan kasus pembunuhan massal. Mereka hanya mengambil ponsel.” Ujar Sabir.
Sabir menambahkan, “Kami adalah Muslim, tetapi kami memiliki hak untuk hidup.” (hanoum/arrahmah.com)