LONDON (Arrahmah.com) – Seorang pria Muslim, warga negara Inggris, yang keluarganya diyakini disiksa oleh agen-agen rahasia Amerika tiba-tiba semua haknya sebagai warga negara Inggris dihapus oleh Sekretaris Dalam Negeri Inggris Theresa May, Daily Mail melaporkan.
Mahdi Hashi (23), yang pernah ditawari menjadi mata-mata oleh MI5 (badan intelijen Inggris) telah kehilangan (dihapus) paspor Inggris-nya, tidak bisa mengakses bantuan konsuler dan mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke Inggris. Menurut laporan, Hashi sekarang ditahan di penjara Afrika.
Muhammad dan Kaltun Hashi, orangtua dari pria yang bekerja sebagai perawat itu, mengkhawatirkan keselamatan putera mereka setelah ia dibawa ke sebuah penjara di Djibouti.
May menggunakan kuasa jabatannya untuk mengeluarkan Hashi dari kewarganegaraan Inggris tanpa syarat pengadilan. May mengatakan bahwa Hashi telah kehilangan hak-haknya untuk tinggal di Inggris demi “kebaikan publik,” karena Hashi adalah tertuduh “teroris.”
Pada 2009, Hashi mengajukan komplain kepada Anggota Parlemen Frank Dobson dan Pengadilan Penyelidikan, badan yang mengawasi MI5, bahwa ia telah dianiaya oleh petugas keamanan karena ia menolak untuk bekerja sebagai mata-mata untuk MI5 di masyarakat Muslim London Utara.
Pada bulan April di tahun itu, ia sedang bekerja sebagai seorang perawat bagi seorang pria yang sakit di London Utara, kemudian Hashi pergi ke Djibouti untuk menjenguk neneknya yang sakit.
Tetapi pada saat itu ia dijegal oleh dua pria berpakaian preman. Seorang dari keduanya mengaku sebagai Richard dan mengatakan bahwa ia bekerja untuk MI5, kata Hashi dalam surat gugatannya ke pengadilan.
“Dia memperingatkan saya untuk tidak melakukan penerbangan,” kata Hashi. Richard mengatakan kepada Hashi bahwa, “Apapun yang terjadi pada anda di luar Inggris bukanlah tanggung jawab kami.” “Saya terkejut,” kata Hashi.
Hashi tetap bersikeras untuk melanjutkan penerbangan ke Djibouti namun petugas bandara Djibouti menghentikannya di tempat pemeriksaan paspor, menahannya selama 16 jam dan kemudian mendeportasinya ke Inggris. Hashi mengatakan bahwa petugas keamanan Djibouti memberitahunya bahwa mereka mendapatkan perintah dari London.
Setelah mendarat di Heathrow ia ditahan lagi dan didatangi oleh Richard. Hashi mengatakan bahwa mereka mengirimnya kembali ke Djibouti karena ia adalah “tersangka teroris.”
Hashi menyatakan bahwa mereka mengatakan kepadanya, “Badan Keamanan menilai bahwa anda telah terlibat dalam ekstremisme Islamis dan menimbulkan resiko bagi keamanan nasional Inggris karena kegiatan ekstremis anda.”
Hashi yakin bahwa para pejabat menetapkan statusnya menjadi “tersangka” dan aturan pembatasan perjalanan hanya karena ia tidak mau bekerjasama dengan MI5, dan hal tersebut hanya akan dibatalkan hanya jika ia setuju untuk bekersaja dengan MI5.
“Dengan bekerjasama dengan kami berarti anda tidak bersalah,” kata Hashi menirukan para agen intelijen itu.
Hashi sendiri mungkin belum tahu bahwa ia telah benar-benar dikeluarkan dari negara Inggris.
Orangtuanya berusaha untuk mencari tahu keberadaan Hashi dengan melakukan perjalanan dari Mogadishu ke Djibouti, meskipun telah berulangkali meminta para petugas penjara untuk mengatakan keberadaan puteranya, tapi tak ada hasil. Keluarga Hashi juga telah mencoba melakukan pendekatan dengan pihak berwenang Djibouti dan Amerika Serikat, tetapi juga tidak ada informasi tentang Hashi yang diberikan.
Mereka baru mengetahui keberadaan Hashi ketika tahanan lainnya yang telah bebas dan kembali ke Somalia memberitahu mereka terkait kondisi Hashi. (siraaj/arrahmah.com)