BRUSSELS (Arrahmah.com) – Seorang Muslimah, yang namanya tidak dipublikasikan, secara brutal menjadi objek serangan rasial yang dilakukan oleh dua orang rasis di kota Anderlues dekat Brussels pada Senin, media Belgia melaporkan, dikutip TRT pada Rabu (4/7/2018).
Wanita berusia 19 tahun itu berjalan sendirian di sebuah gang sekitar pukul 21.00 GMT (11 malam waktu setempat) ketika dua penyerang menghadangnya menurut kantor berita resmi Belgia, Belga.
Para penyerang melepaskan jilbabnya dan mencabik-cabik bajunya, memperlihatkan bagian atas tubuhnya.
Ketika dia mencoba melarikan diri, kedua pria itu melemparkan penghinaan rasial pada korban, memanggilnya “Arab kotor” sebelum menjatuhkannya ke tanah.
Kemudian, para penyerang menggunakan benda tajam untuk melukainya di bagian badan, perut dan kakinya, dalam bentuk salib, kata Belga.
Para pria melarikan diri setelah insiden itu.
Polisi belum mengungkapkan rincian tentang kondisi kesehatan wanita itu.
Polisi setempat telah meluncurkan penyelidikan atas serangan itu.
Sementara itu, Philippe Tison, Walikota Anderlues, mengutuk serangan pada Rabu (4/7), dua hari setelah serangan yang, menurutnya terjadi di “sebuah kota yang telah mencapai model hidup bersama.”
“Saya terkejut mengetahui bahwa serangan rasis terhadap salah satu warga kami terjadi di Anderlues,” Tison mengatakan di akun Facebook-nya.
“Ini adalah tindakan tercela yang membuat kita semua sedih … Kami tidak bisa mentolerir sesama warga kami menjadi korban agresi rasial,” katanya.
Dengan munculnya partai-partai politik sayap kanan, negara-negara Eropa telah menyaksikan peningkatan tajam serangan rasis dan Islamofobia karena kebijakan anti-Muslim dan anti-migran mereka.
Menurut European Islamophobia Report 2017, yang disiapkan oleh Yayasan Kajian Politik, Ekonomi, dan Sosial yang berbasis di Ankara, SETA, gelombang Islamofobia yang meningkat telah terjadi di Eropa.
Laporan itu mengungkapkan 908 kejahatan, mulai dari serangan verbal dan fisik hingga upaya pembunuhan, menargetkan Muslim di Jerman, serta 664 di Polandia, 364 di Belanda, 256 di Austria, 121 di Prancis, 56 di Denmark dan 36 di Belgia.
Masjid-masjid di seluruh Eropa telah mengalami lusinan serangan selama tahun lalu ketika para penyerang berusaha untuk membakar bangunan tersebut dengan bom Molotov atau simbol-simbol teror yang dipajang di dinding masjid.
Jerman memimpin kejahatan kebencian terhadap masjid, karena lebih dari 30 dari mereka, menjadi sasaran serangan seperti itu dalam tiga bulan pertama tahun ini – dua kali lipat angka pada periode yang sama tahun lalu. (Althaf/arrahmah.com)