WASHINGTON (Arrahmah.com) – Seorang pria Muslim asal Amerika mengatakan dia dilarang bepergian untuk mengunjungi ibunya yang mulai sakit-sakitan karena dia ditempatkan pada daftar larangan terbang federal, bahkan setelah melayani selama 10 tahun di Angkatan Udara AS.
Saadiq Long (43), ingin melakukan perjalanan ke kampung halamannya di negara bagian Oklahoma untuk mengunjungi ibunya yang sakit, tapi untuk saat ini ia terjebak di negara Semenanjung Arab, Qatar. Menurut catatan yang diberikan kepada The Guardian, Long mengatakan namanya telah masuk ke dalam daftar larangan terbang Departemen Keamanan Dalam Negeri AS meskipun ia telah melayani Paman sam selama satu dekade. Kini ia mempersiapkan upaya kedua untuk terbang pulang ke rumahnya, Long berharap mendapatkan jawab atas pertanyaan di benaknya mengapa ia dilarang naik pesawat menuju AS tanpa pernah dituduh melakukan kejahatan.
“Saya tidak mengerti bagaimana pemerintah dapat mengambil hak saya untuk bepergian bahkan tanpa memberi tahu saya,” ujarnya kepada The Guardian.
“Jika pemerintah AS ingin menginterogasi atau menangkap atau menuntut saya, mereka bisa melakukannya dalam satu menit. Tidak ada tuduhan, tidak ada dakwaan, tidak ada apapun.”
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS tidak harus menjelaskan mengapa seseorang seperti Long-mantan staf sersan Angkatan Udara-akan dimasukkan ke daftar larangan terbang.
Baru-baru ini dilaporkan terdapat 21.000 nama di seluruh dunia yang dimasukkan ke dalam daftar larangan terbang oleh AS. Dan Amerika menambahkannya secara rutin.
“Apa yang terjadi pada Saadiq, terjadi pada Muslim Amerika,” ujar Gadeir Abbas, seorang pengacara di Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). “Setiap beberapa minggu saya mendengar seorang Muslim tidak bisa kembali ke negara di mana ia menjadi seorang warga negara di sana.”
“Seolah-olah AS telah menciptakan sebuah sistem hukum rahasia dimana perilaku tertentu-menjadi seorang Muslim tampaknya menjadi salah satu diantaranya-ditempatkan pada daftar pengawasan pemerintah yang memisahkan mereka dari keluarga, mengakhiri karir dan hubungan dengan yang lain. Semua ini dilakukan tanpa proses hukum.”
“Jelas saya tidak bisa ke Oklahoma dari Qatar jika saya tidak bisa terbang,” ujar Saadiq menambahkan.
“Jika harus menaiki kapal laut, itu akan menghabiskan waktu berminggu-minggu dan pekerjaan saya akan terbengkalai hanya untuk melakukan perjalanan pulang ke rumah.
Jika saya tidak bisa terbang, maka saya tidak bisa pulang.”
Untuk sekitar 500 orang lainnya yang berkewarganegaraan AS, mereka kini terjebak, menunggu FBI menghapus larangan terbang mereka, di mana mereka tidak mendapat penjelasan sama sekali. (haninmazaya/arrahmah.com)