SURIAH (Arrahmah.com) – Seorang brigadir jenderal dan sekitar 20 tentara boneka membelot dari rezim syi’ah nushairiyah dalam dua insiden terpisah pada Sabtu (16/3/2013). Hal ini menunjukkan berkurangnya kekuatan angkatan bersenjata Presiden diktator Bashar al-Assad.
Brigadir Jenderal Mohammed Khalouf muncul mengenakan seragam kamuflase militer di sebuah video di stasiun televisi Al Arabiya dan mengatakan ia merencanakan untuk membelot.
“Tidak mungkin bagi siapa pun untuk menerima ide-ide dari rezim ini kecuali mereka telah mencapai kepentingan khusus,” katanya dalam video tersebut.
Studi oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang diterbitkan pekan ini memperkirakan bahwa pasukan Assad, yang dianggap lebih dari 300.000 kekuatan pada awal perlawanan dua tahun lalu, kini jauh lebih sedikit dan cenderung terus berkurang.
IISS mengatakan bahwa ada 50.000 pasukan elit tentara boneka Suriah yang masih setia pada Assad. Sebagian besar dari mereka dari sekte Alawit Assad, yang telah mendominasi negara itu selama lebih dari empat dekade. Namun banyak pembelot melaporkan bahwa unit mereka ditahan dalam basis untuk mencegah mereka melarikan diri.
Perang Suriah dimulai dari sebuah gerakan perlawanan yang menginginkan revolusi, tetapi kemudian berkembang menjadi konflik yang semakin sektarian. Pihak perlawanan sebagian besar dipimpin oleh populasi Muslim Sunni, sedangkan Alawit dan minoritas lainnya berada di belakang Assad.
Di Suriah tengah, sekitar 20 tentara melarikan diri dalam perang melawan para pejuang Islam di wilayah dekat kota gurun kuno Palmyra, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Kelompok yang berbasis di Inggris, yang memiliki jaringan aktivis di Suriah, mengatakan para tentara boneka melarikan diri ke lahan pertanian dekat kota, di mana telah terjadi tembak menembak dan pertempuran bersenjata selama dua hari.
Pertempuran sekarang telah menyebar di sebagian besar negara, kecuali untuk benteng di pantai Mediterania yang merupakan rumah besar bagi populasi Alawit.
Kekerasan meningkat seiring meningkatnya penggunaan mesiu tandan. Human Rights Watch melaporkan pada Sabtu (17/3) telah mengidentifikasi setidaknya 119 lokasi di seluruh Suriah di mana bom telah digunakan dalam enam bulan terakhir. Dikatakan serangan bom tandan tersebut menyebabkan banyak korban sipil tewas dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 70.000 orang tersebut.
“Suriah memperluas tanpa henti penggunaan mesiu tandan, senjata terlarang, dan warga sipil membayarnya dengan kehidupan dan anggota tubuh mereka,” kata Steve Goose dari Human Rights Watch. (banan/arrahmah.com)