DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah bom mortir rezim Suriah telah merampas kaki kanannya, tapi hal itu tidak membuat seorang imam di sebuah masjid di dalam kamp Palestina di provinsi Daraa, wilayah barat daya Suriah, patah semangat dan berhenti dari melakukan tugasnya sebagai seorang imam di negara yang dilanda perang itu.
Ketika Anadolu Agency menanyakan kepada Imam Imad Mutlaq, mengapa ia masih melaksanakan tugas memimpin shalat di Masjid Al-Quds di kamp tersebut, yang telah dibom oleh rezim Bashar Asad, ia menjawab: “Hidup harus terus berlanjut, bahkan selama perang.”
Masjid tersebut dibom sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini oleh rezim Suriah.
Mutlaq, yang merupakan ayah dari dua anak, dan sekarang menggunakan kaki palsu untuk berangkat ke masjid, mengenang bagaimana ia akhirnya harus kehilangan kakinya.
“Saya terluka ketika saya sedang meninggalkan masjid enam bulan yang lalu. Potongan dari pecahan peluru mengenai kaki kanan saya, kaki itu diamputasi [dari bawah sendi lutut] di sebuah rumah sakit,” katanya, sebagaimana dilansir oleh Anadolu Agency, Kamis (3/3/2016).
Mutlaq mengatakan bahwa ia akan terus memimpin shalat di Masjid Al-Quds, bahkan jika ada ancaman bahwa masjid itu akan dibom lagi. Bahkan, kata dia, ia kembali menjalankan tugasnya segera setelah kondisinya membaik setelah insiden tersebut.
Dulunya, ketika kamp itu dihuni oleh sekitar 30.000 orang, sebelum perang melanda Suriah, dia melihat banyak orang berbondong-bondong menuju masjid untuk shalat berjamaah. Namun, sekarang kurang 300 orang, termasuk perempuan dan anak-anak yang tinggal di kamp itu. Saat Anadolu menemui Mutlaq, hanya ada dua orang selain dirinya yang datang ke masjid untuk shalat.
Orang-orang telah berhenti datang ke masjid karena masjid itu telah dibom sebanyak tiga kali sepanjang 2015, ungkap Mutlaq.
Suriah dilanda perang yang berkecamuk sejak awal 2011, ketika rezim Asad menumpas para pengunjuk rasa dengan keganasan yang tak terduga.
(ameera/arrahmah.com)