Maria Velasco, seorang ibu berkebangsaan Spanyol, merasakan pilu melihat apa yang terjadi di Gaza, tempat yang ia yakini bisa menjadi rumah baginya, kini berubah menjadi gundukan besar puing-puing akibat kebiadaban Israel.
“Kami telah kehilangan hati kami. Ini adalah pembunuhan missal,” ungkap Velasco, penduduk asing yang telah menghabiskan masa 12 tahun di Gaza.
“Banyak dari penduduk dari Khan Yunis telah dihancurkan,” ujar ibu dari dua anak yang kini beradai di Selatan kota.
Ia melanjutkan, rumah-rumah warga telah menjadi target utama serangan udara Israel.
“Semalam, angkatan udara Israel kembali melakukan pemboman, hingga jendela rumahku terguncang,” ungkapnya dalam ketakutan.
“Putraku yang berumur 2 tahun, merasa sangat ketakutan.”
Tank-tank Israel, angkatan laut dan angkatan udara memperluas serangan mereka dengan melakukan pengeboman hampir di seluruh wilayah di Gaza, Selasa (6/1) kemarin.
Serangan udara Israel sedikitnya menewaskan 40 orang yang berlindung di sebuah sekolah milik PBB di utara kota Jabaliya.
Terjebak
Velasco menikah dengan seorang dokter Palestina dan keluarganya kini terjebak di sebuah bangunan yang mereka sebut dengan rumah.
“Apa yang mereka capai melalui bom-bom ini? Sungguh aku tidak mengetahui apa yang akan terjadi kepada kami besok.”
Jutaan penduduk Gaza berjuang untuk bertahan setiap harinya setelah sebelumnya mereka mengalami kepedihan akibat blokade yang dilakukan Israel terhadap mereka.
“Kami hanya memiliki sisa sedikit keju dan roti.”
Mengkhawatirkan kehidupan anak-anak mereka, Valesco berniat keluar dari Gaza secepatnya.
Ratusan warga asing telah berhasil keluar dari Gaza pada Jumat lalu.
“Aku akan meninggalkan Gaza secepatnya semampuku.” (Hanin Mazaya/arrahmah.com)