DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok hak asasi manusia merilis laporan pada Rabu (13/3/2013) yang mengatakan anak-anak Suriah direkrut untuk bertempur baik di sisi oposisi maupun pasukan yang setia dengan Bashar al Assad.
Organisasi yang berbasis di Inggris ini mengatakan anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak hanya digunakan dalam pertempuran, tetapi juga sebagai perisai hidup dan informan.
Ibrahim Homsi (17), mengatakan kepada Al Arabiya ia bergabung dengan Mujahidin FSA sejak tahun 2012 setelah pasukan rezim Assad membunuh saudaranya.
“Saya mengangkat senjata karena kami dipaksa untuk meninggalkan rumah kami,” ujarnya. “Shabiha memasuki rumah kami, membunuh saudaraku, membunuh tetanggaku dan menangkap perempuan kami,” lanjutnya.
“Aku telah berada jauh dari keluarga selama satu tahun penuh. Kini aku berada di pinggiran Homs.”
Homsi mengatakan ia dilatih selama dua bulan sebelum ia mampu untuk berperang melawan pasukan rezim Assad dan milisi Shabiha dan ia tidak merasa dirinya masih terlalu muda untuk melakukannya.
“Saya melakukan ini untuk Allah,” ujarnya kepada Al arabiya. “Apa yang mendorong saya bergabung dengan FSA karena mereka bertempur untuk rakyat dan agama mereka.”
Homsi yang sekolahnya juga dihantam oleh pasukan Assad di distrik Baba Amro, provinsi Homs, mengatakan bahwa ia ingin kembali menuntut ilmu.
“Aku ingin Bashar al-Assad jatuh dan mampu membalaskan darah para syuhada dan kemudian kembali ke sekolah. Setelah rezim runtuh, saya akan kembali,” ungkapnya. (haninmazaya/arrahmah.com)