BEIRUT (Arrahmah.com) – Seorang anak laki-laki Palestina berusia 12 tahun meninggal dan sejumlah orang lainnya terluka akibat tembakan sniper di tengah bentrokan bersenjata antara anggota Fatah dan faksi lain di kamp pengungsi warga Palestina, Ain al-Hilweh, di Libanon. Bentrokan tersebut meletus sejak Senin malam (27/2/2017) dan berlanjut hingga Selasa sore (27/2).
Kantor berita Libanon, National News Agency (NNA), melaporkan bahwa sebuah bom meledak di depan sebuah call center di dalam Kamp. Bom tersebut meledak setelah faksi Palestina mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Ahad malam untuk menghentikan bentrokan yang meletus selama akhir pekan.
Kantor berita NNA menambahkan, pada Selasa pukul 9.30 pagi, satu orang terluka oleh peluru penembak jitu di dalam kamp, dan tak lama setelah itu, seorang anak terluka parah dan dipindahkan ke rumah sakit al-Rai.
Pukul 10.44, NNA mengkonfirmasi bahwa anak laki-laki tersebut meninggal.
Halaman Facebook “Friends of Ain al-Hilweh Refugee Camp” mengidentifikasi anak laki-laki itu sebagai Arafat Mustafa (12). Kelompok tersebut mengutip pernyataan organisasi regional Jaringan Arab untuk Hak Anak, mengatakan bahwa Arafat adalah pelajar di sekolah Safad. Aktivis juga mengatakan anak itu adalah anak dari seorang militan Fatah dalam pasukan keamanan nasional Palestina di Kamp.
Kamp pengungsi Ain al-Hilweh merupakan rumah bagi 54.116 pengungsi yang tedaftar melarikan diri dari desa mereka selama pembentukan negara “Israel” pada tahun 1948, kata PBB.
Namun, populasi meningkat secara signifikan sejak tahun 2011 akibat perang Suriah.
Menurut UNRWA, Ain al-Hilweh menderita tingginya kondisi kemiskinan dan perumahan yang buruk akibat kepadatan dalam beberapa tahun terakhir, lansir Ma’an (28/2/2017). (fath/arrahmah.com)