JAMMU (Arrahmah.com) – Panelis di sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Persatuan Jammu dan Kashmir baru-baru ini mengungkapkan keprihatinan serius atas upaya Pakistan yang mereka klaim untuk meradikalisasi kaum muda di Jammu dan Kashmir, ANI melaporkan pada Selasa (31/10/2017).
Seminar yang bertajuk “22 Oktober 1947 – Invasi Pakistan Bukan Serangan Suku” diselenggarakan oleh Yayasan Persatuan Jammu dan Kashmir untuk mengingat invasi pertama wilayah India di Jammu dan Kashmir oleh Angkatan Darat Pakistan pada tanggal 22 Oktober 1947.
Hari tersebut dianggap sebagai Hari Kelam oleh penduduk Jammu dan Kashmir.
Ajaat Jamwal, Presiden, Yayasan Persatuan Jammu dan Kashmir, dalam pidatonya mengatakan bahwa Pakistan menggunakan aktor non-negara sebagai bagian dari kebijakan negaranya dan ini dimulai dengan Mayor Jenderal Akbar Khan, yang bertanggung jawab atas Operasi Jammu dan Kashmir pada tahun 1947.
Ini telah banyak diakui oleh banyak penulis Pakistan bahwa Mayor Jenderal Akbar Khan merupakan pahlawan sejati pada Perang 1947-48 dan arsitek filsafat pemberontakan bersenjata dengan membantu aktor non-negara sebagai bagian, tambah Jamwal.
Gagasannya untuk menggunakan aktor non-negara maju dalam tulisan-tulisannya diambil beberapa saat kemudian dan dipraktekkan di Afghanistan, NEFA dan Kashmir.
Jamwal mengatakan bahwa Pakistan secara aktif terlibat dalam radikalisasi pemuda Kashmir dan sebagian wilayah Jammu. Selama beberapa tahun terakhir Pakistan telah banyak berinvestasi dalam radikalisasi kaum muda, pembangunan masjid Wahabi/Salafi dan penggunaan ruang cyber.
Dia mengatakan bahwa penduduk Jammu dan Kashmir harus menggagalkan konspirasi ini dan pemerintah juga harus bertindak melawan kejahatan semacam itu.
Sementara itu, panelis lain, Ajay Chrungoo, menggambarkan serangan 22 Oktober 1947 sebagai operasi untuk partisi kedua India dan memk nyawa dan membuat ratusan ribu orang mengungsi di negara mereka sendiri.
Insinyur Ghulam Ali, Sekretaris Negara BJP menggambarkan tanggal 22 Oktober sebagai hari ketika negara bagian terbagi dan ribuan orang terdorong keluar dari tempat asalnya. Dia mengatakan bahwa keluarga-keluarga tersebut rusak dan dipaksa untuk hidup dalam perpisahan dan menyalahkan Pakistan atas tragedi yang dilancarkan pada orang-orang Jammu dan Kashmir. Dia mengatakan bahwa peran ‘jahat’ Pakistan terus berlanjut dan sekarang menjadi tantangan bagi seluruh dunia yang beradab.
Mohammad Tariq, presiden Jiyo Aur Jeene Do mengatakan bahwa radikalisasi pemuda merupakan tantangan utama bagi Jammu dan Kashmir karena hal tersebut mengganggu kehidupan komunal dan perdamaian serta mendorong kaum muda menuju terorisme. Dia menyalahkan Pakistan karena meracuni pikiran di sisi ini dan mendesak untuk mengembangkan sebuah kampanye sehingga propaganda Pakistan diberangus dan pemuda diselamatkan dari melakukan tindak kekerasan. (althaf/arrahmah.com)