(Arrahmah.id) – Rasulullah shalallahu alayhi wasallam memiliki sembilan pedang. Beliau mewarisi Ma’thur dari ayahnya, dan itu adalah pedang pertama yang beliau miliki. Beliau juga memiliki al-‘idhb dan dhul-fiqhar atau dhul-faqhar, yang tidak pernah lepas dari pandangannya. Dhul-Fiqar memiliki gagang, pelindung melingkar, jumbai, gesper, dan alas yang terbuat dari perak. Beliau juga memiliki al-Qhal’ii, al-Battar, al-Hatf, ar-Rawb, al-Mukhdham dan al-Qhadhib, yang memiliki alas terbuat dari perak dan pelindung tangan melingkar dari perak.
Beliau juga memiliki tujuh potong baju besi: Dhatul-Fudhul, yang kemudian digadaikan dengan Abu ash-Sha’hm, seorang Yahudi, dengan imbalan beberapa jelai, tiga puluh sha’ (berat yang berkaitan dengan bahan makanan) untuk keluarganya. Al-Bukhari meriwayatkan bahwa ‘A’isyah, radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shalallahu alayhi wasallam membawa beberapa bahan makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.” Utang itu selama setahun. Selain Dhatul-Fudhul, beliau juga memiliki Dhatul-Wisha’h, Dhatul-Hawashi, as-Sa’diyyah, Fidh-Dhah, al-Batra dan al-Khirniqh.
Selain itu, Rasulullah shalallahu alayhi wasallam memiliki enam busur, az-Zawra, ar-Raw’ha, as-Safra, al-Baydha, as-Saddad dan al-Katum, yang rusak selama pertempuran ‘Uhud. Qatadah ibnu an-Nu’man, Radhiyallahu ‘anhu mengambil al-Katum.
Beliau memiliki tempat anak panah yang disebut al-Kafur, dan tali (sabuk anak panah) yang terbuat dari kulit kecokelatan, serta tiga cincin perak melingkar, gesper dan tepi yang terbuat dari perak. Tak lupa beberapa perisai, az-Zaluqh, al-Futaqh dan satu lagi yang diberikan kepadanya sebagai hadiah yang memiliki lukisan patung. Dikatakan bahwa Nabi shalallahu alayhi wasallam meletakkan tangannya di lukisan itu dan Allah Subhanahu wa ta’ala membuatnya memudar.
Nabi shalallahu alayhi wasallam juga mempunyai lima tombak, al-Muthwi, al-Muthni, an-Nab’ah dan tombak yang lebih besar disebut, al-Baidha. Beliau juga memiliki tombak pendek seperti tongkat yang disebut, ‘Anazah, yang beliau pegang saat menghadiri ‘hari raya Idul Fitri dan biasa ditempatkan di depannya ketika beliau memimpin sholat, menggunakannya untuk sutrah. Bukhari dan Muslim, dengan beberapa variasi riwayatnya, meriwayatkan bahwa Abu Ju’hayfah berkata:”Aku melihat Bilal membawa tombak pendek (atau tongkat) yang ditancapkannya ke tanah. Nabi shalallahu alayhi wasallam keluar dengan menyingkap jubah merahnya, dan memimpin orang-orang dalam doa dan menawarkan dua rakaat mengambil pendek tombak (atau tongkat) sebagai sutrah untuk doanya. Saya melihat orang-orang dan hewan lewat di depannya melewati tongkat itu.” Selanjutnya, al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nafi’ berkata: “Saya melihat Ibnu ‘Umar shalat, sementara untanya sebagai sutrah di depannya dan dia berkata, ‘Saya melihat Nabi shalallahu alayhi wasallam melakukan hal yang sama’.” Terkadang, beliau berjalan sambil memegang ‘Anazah.
Beliau juga mempunyai helm yang terbuat dari besi, yang disebut al-Muwash-Sha’h, yang dihiasi dengan tembaga, dan helm lainnya, yang disebut as-Sabugh atau Dhus-Sabugh.
Perlengkapan berikutnya adalah jubah yang beliau kenakan selama pertempuran, salah satunya dikatakan terbuat dari brokat sutra hijau halus, atau sarcenet. Diketahui bahwa ‘Urwah Ibnu az-Zubayr memiliki yalmaqh, artinya qaba’ (pakaian luar) yang terbuat dari dibaj (brokat sutra) dengan sulaman yang terbuat dari sutra hijau halus. ‘Urwah biasa memakainya saat perang. Ahmad menyatakan bahwa diperbolehkan memakai sutra selama perang.
Selanjutnya ada panji atau bendera hitam yang disebut, al-‘Uqhab. Abu Dawud mengumpulkan sebuah hadits di Sunannya dari salah seorang sahabat yang berkata: “Saya melihat panji Nabi, warnanya kuning.”
Selain panji hitam, terdapat pula panji putih yang terkadang bercampur hitam sebagaimana diriwayatkan Ahmad (17884), Abu Dawud (2224), at-Tirmidzi (1603) dan an-Nasa’i, dalam al-Kubra (5:8606), menurut Syekh ‘Irfan, mereka mengumpulkan hadits ini dari al-Bara Ibnu ‘Azib, radhiyallahu ‘anhu.
Nabi shalallahu alayhi wasallam memiliki sebuah tongkat panjang yang disebut, al-Kann’an al Mi’hjan, yang panjangnya satu hasta, atau lebih. Beliau biasa membawanya sambil berjalan atau saat mengendarai unta, beliau akan menggantung tongkat tersebut di depannya. Nabi shalallahu alayhi wasallam juga mempunyai mikhsarah (tongkat pendek) disebut al-‘Arjun dan senjata semacam gada yang disebut al-Mamshuqh. Dikatakan bahwa ini adalah tongkat yang sama yang digunakan oleh para Khalifah sepeninggal beliau.
Selain itu, Nabi shalallahu alayhi wasallam mempunyai mangkuk yang disebut ar-Rayyan dan juga al-Mughni, dan mangkuk lain dengan rantai perak di sekelilingnya. Al-Bukhari (5207) meriwayatkan bahwa ‘Asim al-A’hwal berkata: “Aku melihat mangkuk minum Nabi shalallahu alayhi wasallam pada ‘Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu, dan mangkuk itu telah rusak, dan dia hendak memperbaikinya dengan cincin perak. Mangkuk minum itu cukup lebar dan terbuat dari kayu Nadhar. ‘Anas berkata. ‘Aku memberi air kepada Nabi shalallahu alayhi wasallam dalam mangkuk itu lebih dari ini dan itu (untuk waktu yang lama).'”kata Ibnu Sirin: “Sekeliling mangkok itu ada cincin besi, dan Anas ingin menggantinya dengan cincin perak atau emas, tetapi Abu Thalhah berkata kepadanya, ‘Jangan ubah apa pun yang telah dibuat oleh Rasulullah shalallahu alayhi wasallam.’ Jadi Anas membiarkannya apa adanya.”
Selain mangkuk, beliau juga mempunyai gelas kaca dan gelas lain yang terbuat dari kayu, yang beliau tempatkan di bawah tempat tidurnya untuk buang air kecil di malam hari. Dia memiliki sebuah pot yang disebut as-Sadir dan sebuah pot tanah liat yang terbuat dari batu [di mana dia menuangkan air] untuk digunakan untuk wudhu. Al-Bukhari meriwayatkan bahwa ‘Abdullah Ibnu Zaid radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Suatu ketika, Rasulullah shalallahu alayhi wasallam mendatangi kami dan kami membawakan air untuknya di dalam kuali kuningan. Beliau berwudhu, dengan membasuh wajahnya tiga kali, dan lengan bawahnya hingga siku dua kali, lalu mengusapkan tangannya yang basah dengan ringan ke atas kepala dari depan ke belakang dan membawanya ke depan lagi dan membasuh kakinya (hingga mata kaki).”
Beliau juga memiliki mikhdhab tembaga (pot kompor yang dicat). Al-Bukhari meriwayatkan bahwa ‘Anas Ibnu Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saat itu masuk waktu shalat, dan orang-orang yang rumahnya dekat bangun lalu pergi untuk berwudhu. Beberapa orang tetap (duduk). Kemudian sebuah tungku bercat (mikhdhab) yang berisi air dibawa kepada Rasulullah shalallahu alayhi wasallam. Panci itu kecil, tidak cukup lebar untuk direntangkan tangan. Namun, semua orang berwudhu. Kami bertanya ‘Anas, berapa banyak orang yang kamu miliki? Anas menjawab, ‘Kami berjumlah sekitar 80 orang atau lebih.’ “Itu adalah salah satu keajaiban Rasulullah shalallahu alayhi wasallam.
Beliau juga mempunyai bejana yang disebut as-sa’ah yang terbuat dari kuningan dan bejana parfum. Beliau memiliki wadah di mana beliau meletakkan cermin dan sisirnya, yang terbuat dari gading, atau disebut ‘Aaj atau adh-Dhabl. Beliau juga mempunyai eyeliner yang beliau gunakan tiga kali di setiap matanya sebelum tidur. Di wadah yang sama [bersama dengan sisir dan cermin], beliau shalallahu alayhi wasallam juga menyimpan gunting dan siwaknya (ranting pohon yang digunakan sebagai pembersih gigi).
Masih ada lagi mangkuk Nabi shalallahu alayhi wasallam, yang disebut al-Gharra, ia memiliki empat pegangan. Selain itu beliau juga memiliki sa’ (takaran, atau berat), mudd (setengah gantang, takaran kering) dan qatifah (beludru).
Tempat tidur beliau dilengkapi bingkai yang terbuat dari saj (jati), hadiah dari As’ad Ibnu Zurarah dan kasur dari adam (kulit atau dermis yang diwarnai), diisi dengan serat.
Inilah berbagai senjata dan perabot Rasulullah shalallahu alayhi wasallam yang disebutkan dalam berbagai riwayat. Allahu A’lam bis shawwab. (zarahamala/arrahmah.id)