CHRISTCHURCH (Arrahmah.com) – Seorang seniman dari Komunitas Seni Sakato Yogyakarta asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menjadi salah satu korban penembakan brutal di Christchurch, Selandia Baru.
Zulfirman Syah dan putra keduanya menjadi korban dari aksi brutal yang menewaskan lebih dari 40 orang dan 48 orang lainnya mengalami luka-luka, ujar Dio Pamola Chandra, kurator dan teman Zulfirman Syah.
“Korban, Zulfirman tertembak di bagian paru, saat ini sedang dalam penanganan medis (operasi),” katanya kepada Padangkita, Jumat (15/3/2019).
Menurutnya, Zulfirman dan istri serta anaknya telah dua bulan ini berada di Selandia Baru. Zulfirman merupakan Alumni ISI Jogja angkatan 1997.
Dilaporkan sebelumnya, 40 orang tewas dan 48 luka-luka dalam serangan bersenjata di dua masjid saat shalat Jumat (15/03) siang di Christchurch, Selandia Baru.
30 orang korban tewas ditemukan di masjid Al Noor di Jalan Dean dan 10 orang tewas di temukan di Pusat Islam Linwood di Linwood Avenue, kata kepolisian Selandia Baru dilansir The Guardian Jumat (15/03).
Kejadian tersebut bermula ketika pria bersenjata memasuki masjid di Christchurch tengah dan melepaskan tembakan pada pukul 13:40 waktu setempat.
Diperkirakan 300 orang berada di dalam masjid untuk shalat Jumat. Dilansir dari Associated Press, Jumat (15/03), saksi Len Peneha mengatakan bahwa dia melihat seorang pria berpakaian hitam memasuki masjid Al Noor dan kemudian mendengar puluhan tembakan, diikuti oleh orang-orang yang melarikan diri dalam ketakutan.
Dari peristiwa tersebut, pihak Kepolisian Selandia Baru hingga saat ini menahan tiga orang yang diduga sebagai pelaku. Satu orang diantaranya merupakan wanita. Sebelumnya polisi menanggap empat orang, namun satu orang kemudian dibebaskan.
(fath/arrahmah.com)