DAKAR (Arrahmah.com) – Pemerintah Senegal berencana untuk melarang warganya menggunakan cadar.
Menteri Dalam Negeri, Abdoulaye Diallo, mengatakan pada Selasa (17/11/2015), “Cadar tidak ada hubungannya dengan agama dan tidak mewakili budaya kita.”
Berbicara pada konferensi perdamaian dan kemanan di ibukota Dakar, Presiden Senegal Macky Sall mengklaim jilbab adalah ancaman keamanan karena pelaku bom bunuh diri pernah menggunakannya untuk menyembunyikan bahan peledak dan melakukan serangan.
“Untuk alasan keamanan, semua orang Senegal harus mendukung presiden dalam hal ini,” kata Diallo sebagaimana dilansir Al Jazeera (19/11).
Diperkirakan 94 persen dari populasi Senegal adalah Muslim. Kebanyakan mereka adalah sufi, yang dikatakan untuk membatasi pengaruh Salafi di negera Afrika Barat.
Namun, pemerintah Senegal melakukan tindakan keras keamanan terhadap orang yang memiliki hubungan dengan kelompok yang diduga bersenjata.
Setidaknya empat pemuka agama ditangkap di ibukota Dakar, serta di Kaolack, dalam beberapa pekan terakhir.
Berbicara pada Al Jazeera, Bakary Sambe, kepala Obserbatorium Radikalisme Agama dan Konflik di Afrika, mengatakan pemerintah benar mengusulkan pelarangan cadar sebagai pencegahan keamanan untuk menghindari serangan bunuh diri.
Juli lalu, pemerintah Chad melarang mengenakan cadar di tempat umum setelah seseorang menyamar untuk meledakkan sebuah pasar di ibukota N’Djamena, yang menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai 80 orang.
(fath/arrahmah.com)