JAKARTA (Arrahmah.com) – Kekerasan dan pembantaian yang terjadi di Myanmar terjadi nyata, itu fakta yang diperoleh Tim PAHAM Indonesia saat melakukan assasment kepada para pengungsi Rohingya di Langsa, Lhoksomawe, Bayeun dan Aceh Utara. Hal itu disampaikan oleh Ali Wiji Edhi, Wasekjend PAHAM Indonesia yang memimpin tim asassmen di lapangan.
“Semua pengungsi menceritakan kejadian kekerasan dan pembantaian yang terjadi di Myanmar, dari 600 orang lebih yang telah kita interview, tak ada satu pun yang membantah adanya upaya etnis cleansing. Para pengungsi dari Myanmar ini rata-rata berasal dari Sittwe dan Maungdaw, namun bukan berasal dari kota, mereka ini orang pinggiran,” ungkap Ali.
Secara detail para pengungsi Rohingya menceritakan bagaimana mereka bisa sampai ke Aceh. Bila mereka diperlakukan baik di kampungnya, tak akan mau terkatung-katung di lautan.
“Menurut cerita mereka, yang melakukan pembakaran rumah adalah kelompok 969. Setelah keluar rumah mereka diusir oleh polisi dan tentara yang ternyata ada dibelakang barisan kelompok tersebut. Yang mereka bisa lakukan hanya menyelamatkan diri ke laut, bila tidak mereka bisa terbunuh. Bahkan
beberapa diantaranya pura-pura mati untuk menyelamatkan diri.,” ungkap
Ali menguraikan data yang diperoleh dari interview para pengungsi Rohingya.
Oleh karenanya, Ali sangat menyayangkan apabila ada yang menyampaikan
bahwa di Myanmar tidak ada kekerasan ataupun konflik.
“Tentunya masyarakat jangan sampai diberikan informasi yang tidak benar, yang
mengakibatkan pandangan negatif pada pengungsi. Oleh karenanya, selain menyalurkan bantuan dari pada donatur, kami juga melakukan asassment untuk memberikan rekomendasi pola pengelolaan terbaik untuk para pegungsi tersebut,” pungkas dia. (azmuttaqin/*/arrahmah.com)