MAMUJU (Arrahmah.com) – Satu warga Desa Sejati tewas di lokasi kejadian dan dua warga Desa Saulada terluka dalam bentrokan warga Desa Sejati Tobadak Delapan dan Warga Desa Saluada Tobadak Tujuh, Kecamatan Tobadak, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, lansir Okezone.
Bentrokan ini sempat ramai disukan berbau SARA di media sosial. Padahal akar bentrokan seputar sengketa lahan.
Bentrokan bermula ketika seorang warga Desa Sejati, Salamuddin, dihadang sekelompok warga Desa Saluada saat perjalanan pulang usai melaporkan kasus sengketa lahan yang terjadi di dua desa tersebut ke pemerintah setempat. Lalu, tiba-tiba ia yang merupakan mantan kepala desa dibacok.
Akibatnya, korban mengalami luka sabetan senjata tajam di sekujur tubuhnya hingga tewas di tempat. Korban lainnya dari Desa Saluada Tobadak Tujuh terluka saat hendak membebaskan salah satu rekannya yang disandera di Desa Sejati.
Matius, mantan kepala desa yang melakukan negosiasi atas penyanderaan itu, justru dibacok hingga mengalami luka parah dan terpaksa dilarikan ke RSUD Mamuju Tengah. Namun karena kondisi yang parah, ia dirujuk ke RSUD Makasar.
Sedangkan Johanis, warga yang disandera, dibebaskan setelah petugas Polres Mamuju dan TNI bersenjata lengkap dikerahkan ke lokasi. Korban megalami luka memar di sekujur tubuhnya akibat di hantam benda tumpul. Oleh karena itu ia juga dilarikan ke RSUD Mamuju Tengah untuk dirawat.
Lebih lanjut, pihak kepolisian telah mengamankan tiga tersangka pembunuhan dan sejumlah tersangka penganiyaan serta barangbukti berupa parang panjang.
Sementara itu, suasana di kedua desa masih tegang dan bahkan sebagian mengungsi akibat ketakutan. Polisi dan TNI masih berjaga di lokasi bentrokan.
Dua orang ditangkap
Polres Mamuju menangkap dua orang pelaku penganiayaan berat dan pembunuhan di lokasi perkebunan Desa Tobadak 7 dan Desa Tobadak, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah. Kedua pelaku yang diamankan tersebut yakni Eko Kriatanto dan Agus Salim.
Kasat Reskrim Polres Mamuju, AKP Aryo Dwi Wibowo, menyebutkan, kasus tersebut murni sengketa lahan terkait tapal batas perkebunan.
Dua warga dari dua warga yang bersebelahan ini pun menjadi korban. Keduanya adalah warga Desa Tobadak 8 Salamuddin (45) harus meragang nyawa ditangan EK, sementara Matius warga Desa Tobadak 7 sedikit beruntung karena nyawanya dapat tertolong setelah ditebas oleh AG (19) salah seorang pelaku lainnya.
“Saat ini, kedua tersangka sudah diamankan dan akan menjalani proses penyelidikan,” kata Aryo kepada wartawan di Mamuju, Senin (5/10/2015), lansir Okezone.
Dia membeberkan, EK ditetapkan terrsangka sebagai pembunuh dijerat dengan pasal pembunuhan dengan ancaman 20 tahun penjara, dan AG dijerat dengan pasal penganiayaan dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.
Selain mengamankan dua tersangka, dari lokasi kejadian, polisi juga mengamankan dua bilah parang berukuran panjang yang digunakan para pelaku saat menjalankan aksinya.
Kasus sengketa lahan itu, kata Aryo akan terus dikembangkan, sehingga tidak menutup kemungkinan, jumlah tersangkanya bertambah.
“Sejak kejadian Sabtu, saat ini kami telah memerikas empat saksi terkait masalah sengketa lahan ini. Dan hasil sementara, dua orang ditetapkan sebagai tersangka. Masih ada peluang jumlah tersangka akan bertambah, karena kasus ini masih dalam proses,” tegas Aryo.
Sementara itu, Kapolres Mamuju, AKBP Eko Wagianto membenarkan kasus pembunuhan terkait sengketa lahan di dua desa tersebut. Situasi di Tobadak 7 dan Tobadak 8 pasca tragedi berdarah dinyatakan kondusif. Walaupun di lokasi masih ada pengamanan yang disiagakan.
“Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pasca kejadian,” tambah Eko.
Keterangan Da’i Ahlussunnah di Mamuju
Di kalangan wartawan beredar pesan WA dari ustadz Musaddad, seorang Dai Ahlussunnah di Mamuju, berikut isinya;
Terkait berita kejadian pembunuhan di tobadak 8 mamuju tengah, saya ( musaddad) sudah telpon pihak kepolisian.
Kejadian itu hanya masalah pribadi – lahan- dn tdk ada sangkut paut dg agama.
Yang dibunuh itu org timur mantan kepala desa tobadak delapan.
Kmudian dari pihak kluarga korban ketika datang ke lokasi kejadian, maka datanglah juga pihak kepolisian dan babinsa unt menenangkan masalah, dan membawa satu org tokoh tator unt melerai, sesmpainya di lokasi, maka dari pihak kluarga korban menyerang orang tator tadi karna emosi dan luka parah, smntara di rawat di makassar.
Lalu beredarlah berita propokasi ( SMS) bahwa org timur sdh berkumpul….dan juga orang tator sdh berkumpul.
Kmudian pihak kepolisian dari mamuju dan brimob dari karossa menangani lokasi, dan tadi malam selasa sdh ada musyawarah pmerintah dan tokoh2 agama dan masyarakat bahwa kjadian ini tdk ada hubungannya dg agama, tapi masalah pribadi.
Sampai hari ini polisi masih jaga disana sekitar 100 personil.
Dmikian hasil telpon saya dg pihak kepolisian.
Jadi jangan ada yg menyebar berita sembarangan yg membuat takut masyarakat dan mempropokasi massa,apalagi mengatas namakan agama.
Ustadz Musaddad Al-Kutawy hafidzahullah (Da’i Ahlussunnah di Mamuju)
(azm/arrahmah.com)