MAKASSAR (Arrahmah.com) – Seminar Persatuan Dunia Islam bertema “Islam rahmatan lil Alamin” yang digelar di kampus UMI Makassar menurut salah satu peserta yang hadir, yaitu ketua Lembaga Pegkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Sulawesi Selatan, Ustadz Said Shomat sudah diarahkan untuk membentuk opini bahwa Syiah merupakan sebuah mazhab di dalam Islam bukan ajaran sesat. Padahal, sebelumnya dalam seminar tersebut rencananya akan hadir dua orang tokoh dari Iran dan dua orang tokoh dari Saudi agar berimbang.
“Namun, kenyataannya tidak begitu, yang hadir hanya dari Iran saja,” kata Ustadz Said dalam acara dialog Masalah Syiah yang digelar gabungan ormas Islam, di Makassar, Sabtu (10/11).
Acara seminar itu sendiri, memang sudah diusahakan untuk diantisipasi oleh dia pada jauh hari sebelumnya, karena acara-acara tersebut memang biasa diadakan oleh kaum Syiah dalam rangka taqrib baina mazahib (penyatuan mazhab). Dimana, agenda taqrib tersebut biasanya dilakukan di wilayah kaum Sunni ketika mereka dalam keadaan sedikit dan lemah dalam rangka menghindari ketidaksukaan dan resistensi kaum Muslimin dari ajaran mereka.
“Tapi anehnya, dimana-mana mereka mengusahakan taqrib dan membangun Darut taqrib (lembaga taqrib), sedangkan di Qom, Iran sendiri mereka tidak mengadakan taqrib dan membangun darut taqrib,” ujar Ustadz Said.
Upaya mengantisipasi seminar tersebut, agar tidak menjadi ajang Syiahnisasi dilakukan oleh Ustadz Said dengan cara bersilaturahim kepada ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin yang direncanakan hadir pada seminar tersebut bahkan ia sempat mengirim surat ke Din Syamsudin.
“Saya meminta beliau jika jadi berbicara di sana, sesuai lah dengan putusan MUI tentang Syiah dan berbicaralah sesuai sidang pleno Muhammadiyah,” ungkapnya.
Ia juga mendatangi salah satu Ketua MUI Pusat, Umar Shihab di kantornya dan sempat diberikan oleh Umar Shihab sebuah buku tentang pandangan ulama-ulama kepada Syiah. Kemudian saat berkunjung ke rumahnya. Ustadz Said menceritakan fakta tingkah laku kaum syiah di Makassar terkait pelaknatan mereka kepada istri-istri dan para Sahabat Nabi SAW serta pembolehan nikah mut’ah.
“Dia pun mengatakan hal itu memang salah (melaknat dan mencaci istri dan Sahabat Nabi serta nikah mut’ah), tetapi syiahnya tidak salah menurut beliau,” tutur ustadz Said menirukan Umar Shihab.
Dalam dialognya dengan Umar Shihab, ia baru mengetahui bahwa acara seminar itu memang sudah diarahkan dan dirancang sejak awal agar masyarakat dapat menolerasi keberadaan Syiah.
“Ia mengatakan bahwa tujuan seminar itu agar segera diputuskan bahwa Syiah itu tidak sesat. Jadi, sudah direkayasa sebelumnya,” tukas Ustadz Said.
Dalam seminar itu, para tokoh yang hadir semua menonjolkan pembicaraan tentang bagaimana harus hidup damai dan menampilkan Islam berwajah Rahmatan lil ‘alami. Tapi tidak pernah dibicarakan bagaimana fatwa MUI terhadap Syiah. Bahkan, kesempatan untuk berbicara pun tidak diberikan untuk mengimbangi pembicara yang dominan dari kelompok Syiah atau pun yang mendukung Syiah, kecuali pada sesi tanya jawab setelah ashar baru Ustadz Said diberikan kesempatan berbicara dalam durasi 3 menit.
“Saya sebagai ketua LPPI Makassar sempat menulis surat kepada panitia untuk diberi waktu bicara 10 menit saja, tapi itu pun tidak dikasih,” ucap ustadz Said memberikan kesaksiannya.
Lebih dari itu, menurut Ustadz Said pertemuan tersebut sudah mengeluarkan rekomendasi.Padahal, pada acara tersebut pertanyaan-pertanyaan baru diberikan dan belum ditanggapi.
“Berarti, ini sudah seperti sudah disetting sebelumnya,” ungkapnya.
Seorang ulama dari Sudan bernama Syaikh Ahmad Muhammad, kata ustadz Said, menulis satu buku kecil yang menyatakan bahwa “Ajakan untuk pendekatan (taqrib) kepada syiah adalah pengkhianatan yang besar, dosa yang hebat, dan kelalaian yang fatal,”. Pasalnya kejadian di Iraq, di Suriah, dan di Yaman saat ini akibat dari taqrib.
Ketika mereka lemah selalu bicara tentang taqrib. Namun, ketika mereka kuat mereka akan membantai Ahlus Sunnah dengan bengis dan keji. Hal yang mendasari kejahatan tersebut, karena kaum Syiah meyakini bahwa Ahlus Sunnah telah kafir sebab harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Husein Ra di Karbala, dan bertanggung jawab atas tidak terpilihnya Ali bin Abi Tholib Ra menjadi Khalifah pertama hinga hari kiamat. Serta, Ahlus Sunnah dikafirkan karena menganggap Abu bakar, Umar, dan Usman sebagai Khilafah yang menurut mereka sudah murtad akibat merampas keImamahan Ali. Selain itu, Ahlus Sunnah juga dianggap najis dan anggapan-anggapan keji lainnya.
“Kita yang sangat memahami ini sangat khawatir,” ungkapnya terhadap upaya taqrib tersebut.
Ia pun mendesak agar para ulama konsisten terhadap penjelasan MUI terhadap Syiah dan fatwa yang sudah dikeluarkan oleh MUI Jatim mengenai kesesatan Syiah.
Syiah bukan Islam
Sementara itu, Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman meminta para Ulama Sunnah untuk berani mengatakan bahwa Syiah bukan bagian dari Islam. Sebab 10 kriteria aliran sesat yang ditetapkan oleh MUI sudah terpenuhi semuanya oleh Syiah.
“Apalagi yang ditunggu, 10 parameter MUI sudah dilanggar oleh syiah, andai saja salah satu dilanggar itu sudah keluar dari Islam,” katanya.
Terlebih lagi, kata Ustadz Abu Jibriel, bila kita mengikuti pendapat para Imam Mazhab Ahlus Sunnah wal jama’ah maupun yang menyatakan Syiah bukan bagian dari Islam. Islam itu sendiri, lanjutnya, merupakan dienul haq (sistem hidup yang membawa kebenaran) dan dienullah. Sehingga, dien selain Islam sudah tentu bathil (sesat) berdasarkan firman Allah, surat Yunus ayat 32.
“Sehingga kita tidak berpanjang kalam untuk menyatakan mereka bukan Islam,” cetusnya.
Majelis Mujahidin (MM) sendiri menurutnya, melalui dewan fatwa MM pada tahun 2012 sudah mengeluarkan fatwa bahwa Syiah bukanlah Islam berdasarkan beberapa fakta yang ditemukan dari pernyataan ulama-ulama Syiah dari kitab mereka sendiri, seperti perkataan Imam Syiah Ni’matullah Al Jazairi dalam Al Anwar An Nu’maniyah,(2/278), bahwa tuhannya Syiah berbeda dengan tuhannya Ahlus sunnah dan Nabinya Syiah berbeda dengan nabinya Ahlus Sunnah.
“Jadi apa lagi yang kita takutkan, agar ulama ini berani dunia akhirat. Cukup Ilmu sudah, hanya kurang berani mengatakan syiah bukanlah Islam,” tegas Ustadz Abu Jibriel.
Ustadz Abu jibriel, meminta agar kaum Muslimin selalu waspada untuk menghadapi makar-makar syiah dan berani berjihad menghadapi makar aliran sesat tersebut dikemudian hari.
“Apalagi yang kita fikirkan? Kita takut kita mati, kita berani kita mati. Kita berjuang kita mati, tidak berjuang juga mati, lalu apa hubungannya dengan ketakutan? ” tandasnya yang mengakhiri dengan ayat fala takhsyauhum wakh syauni “Janganlah takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku”.
Seperti diketahui, Universitas Muslim Indonesia Makassar bekerjasama dengan Kedutaan Republik Iran untuk Indonesia menyelenggarakan Seminar Internasional Persatuan Dunia Islam dengan tema “Islam Rahmatan lil Alamin”, pada senin (5/11) di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam acara tersebut, dihadiri oleh Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Rektor UMI, Prof.DR.Hj.Masruroh Mokhtar, MA,NB. , Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, KH Hasyim Muzadi, tokoh syiah Internasional, Ayatullah M. Ali Tashkiri, Maulawi Ishaq Madani Ulama Sunni penasehat Presiden Iran untuk urusan Ahlussunah wal Jama’ah, dan Deputi Universitas terbuka Iran, Dr.Mazaher.
Sontak, acara ini pun didatangi oleh gabungan ormas Islam diantaranya majelis Mujahidin, FPI Makassar, Wahdah Islamiyah, dan Hidayatullah Makassar untuk dihentikan karena dinilai ajang untuk melegalkan ajaran sesat Syiah. (bilal/arrahmah.com)