IDLIB (Arrahmah.com) – Setidaknya sembilan warga sipil tewas dalam serangan udara rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad di provinsi barat laut Idlib ketika pasukannya dan sekutu mereka Rusia terus membombardir benteng yang dikuasai pejuang selama enam hari berturut-turut.
Serangan pada Ahad (5/5/2019) terjadi di kota-kota Kafr Nabl dan Khan Sheikhoun, menurut Pertahanan Sipil Suriah, yang lebih dikenal sebagai White Helmets, lansir Al Jazeera.
Pesawat-pesawat tempur Rusia menabrak sebuah rumah sakit di desa Hass, yang dikuasai pejuang di provinsi Idlib, membuatnya tidak berfungsi, ujar pemantau perang Suriah, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris.
Kolektif aktivis yang dikelola oposisi Baladi News juga melaporkan serangan udara di rumah sakit, namun tidak jelas apakah ada korban.
SOHR mengatakan sejak dini hari (5/5), pesawat Rusia melakukan lebih dari 50 serangan udara di Idlib dan provinsi Hama di dekatnya.
Ofensif terbaru telah menewaskan puluhan orang dan membuat puluhan ribu lainnya melarikan diri ke daerah yang lebih aman di utara. Ini adalah pertempuran terberat dalam beberapa bulan dan telah menimbulkan kekhawatiran rezim akan melancarkan serangan yang lebih luas untuk merebut kembali benteng besar pejuang Suriah yang terakhir di negara itu.
Penargetan sistematis
Dua orang terbunuh di Kafr Nabl diidentifikasi sebaga Ahmed Al-Rahal (50) dan Hussein Al-Deiri (38) yang bekerja sebagai tenaga medis.
Tujuh lainnya kehilangan nyawa di Khan Sheikhoun, termasuk seorang wanita dan dua anak, Ahmed Al-Sheikho, juru bicara White Helmets di Idlib, mengatakan kepada Al Jazeera.
Pasukan rezim dengan bantuan militer Rusia meningkatkan kampanye pemboman udara sejak 26 April. Sejak itu sedikitnya 44 warga sipil telah tewas.
Dalam sebuah pernyataan, White Helmets memperingatkan terhadap apa yang digambarkannya sebagai “bencana nyata” bagi warga sipil, yang tidak memiliki akses ke daerah aman untuk berlindung.
“Ada penargetan sistematis terhadap kamp-kamp tempat warga sipil melarikan diri dari kematian,” kata kelompok itu. (haninmazaya/arrahmah.com)