KAIRO (Arrahmah.com) – Pengadilan Pidana Kairo pada Senin (23/6/2014) menjatuhkan vonis hukuman 7 sampai 10 tahun penjara terhadap sembilan jurnalis situs berita Al-Jazeera Mesir. Tiga orang diantara mereka dihadirkan dalam persidangkan dan enam lainnya tidak hadir di persidangan. Mereka didakwa terlibat dalam organisasi Ikhwanul Muslimin Mesir, Al-Jazeera melaporkan.
Pengadilan Pidana Kairo menjatuhkan vonis hukuman 10 tahun penjara terhadap wartawan Al-Jazeera Bahir Muhammad. Sementara itu dua wartawan Al-Jazeera lainnya adalah seorang koresponden berkewarga negaraan Australia Peter Greste dan Muhammad Fahmi divonis 7 tahun penjara. Ketiganya dihadirkan dalam persidangan.
Sebanyak enam wartawan Al-Jazeera lainnya divonis 10 tahun penjara melalui pengadilan in absentia. Mereka adalah Anas Abdul Wahhab, Khalil Ali Khalil, Alla’ Bayoumi, Mahmud Fawzi, Dominic Kane dan Sue Turton.
Pasca kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mohammad Mursi, aparat keamanan Mesir memburu para wartawan Al-Jazeera atas sejumlah tuduhan. Diantaranya bergabung dengan “kelompok teroris” Ikhwanul Muslimin, memperkeruh stabilitas keamanan, dan membantu kejahatan kelompok anti kudeta militer dengan mempublikasikan berita dan video.
Ketiga jurnalis Al-Jazeera Mesir Bahir Muhammad, Peter Greste dan Muhammad Fahmi telah dijebloskan ke dalam penjara selama lebih dari 160 hari. Mereka diajukan ke persidangan sejak Februari 2014. Mereka telah menjalani 12 kali sidang, termasuk pembacaan vonis pada hari Senin (23/6).
Selama proses persidangan jaksa penuntut umum dan hakim tidak mampu mendatangkan sedikit pun bukti-bukti yang valid atas tuduhan yang diajukan kepada ketiga jurnalis tersebut. Ketiga jurnalis itu menganggap persidangan mereka penuh rekaya, politis dan zalim.
Vonis zalim terhadap para wartawan Al-Jazeera Mesir mengundang kecaman luas dari jurnalis seluruh dunia. Pemerintah Australia mengecam keras vonis terhadap warga negaranya yang bekerja sebagai jurnalis Al-Jazeera tersebut.
Stasiun TV Al-Jazeera cabang Mesir telah ditutup oleh junta militer Mesir. Al-Jazeera menjadi sasaran tembak junta militer karena memberitakan apa adanya kebiadaban militer dalam memberangus demonstrasi damai anti kudeta militer di Rabiah Square, Nahdhah Square dan wilayah-wilayah Mesir lainnya.
(muhib al majdi/arrahmah.com)