DUSHANBE (Arrahmah.com) – Seperti halnya kaum Muslim di seluruh dunia, lebih dari lima juta Muslim Tajikistani merayakan bulan Ramadhan. Kebiasaan yang berhubungan dengan tradisi, budaya, dan nilai keagamaan berintegrasi selama bulan suci.
Jumlah populasi Tajikistan sekitar enam juta jiwa, 90 persen di antaranya adalah Muslim.
Muslim di Tajikistan disebut-sebut sebagai Muslim paling taat dalam menjalankan kewajiban beragama di antara negara di Asia Tengah.
Ada sekitar 300 masjid di penjuru Tajikistan. Keberadaan masjid-masjid itu memainkan peran penting dalam budaya dan kehidupan Muslim di sepanjang tahun. Khususnya selama bulan Ramadhan. Syekh Muhammad Ali Zad, imam dari salah satu masjid di Dushanbe, ibu kota Tajikistan, seperti dikutip dari Islamonline.net menyatakan, masjid memainkan peran penting dalam hal memberikan informasi Ramadhan. Selain itu, melayani keperluan masyarakat selama sebulan penuh.
Oleh karena itu, banyak masjid baru yang diresmikan saat Ramadhan. “Kebiasaan menyambut Ramadhan di Tajikistan terutama dengan mempercantik, memperluas, memperbaiki, membersihkan,dan mengganti karpet masjid,” kata Syekh Muhammad.
Tidak hanya sekadar mengembalikan dan menghias masjid, menurut Syekh Muhammad, Muslim Tajikistan juga menampilkan karya seni Islam dan poster `Happy-Ramadhan’ di sekitar masjid. Itu merupakan salah satu tradisi yang paling spektakuler yang dilakukan masyarakat Muslim untuk menujukkan kebesaran kebajikan bulan Ramadhan.
Setiap harinya di bulan Ramadhan, jamaah datang berbondong ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah, membaca Alquran, dan mendengarkan ceramah. Mereka menyadari Ramadhan adalah bulan baik untuk banyak beribadah karena pahala yang digan dakan. “Saya bahagia ketika melihat masjid penuh sesak oleh jamaah selama bulan Ramadhan,” ungkap seorang mahasiswa dari Institut Agama Islam Tajikistan.
Di bulan Ramadhan, pemuda Tajikistan juga semakin terlibat dalam kegiatan keagamaan. Bahkan, pemuda yang biasanya sering melakukan perbuatan kebiasaan buruk, secara teratur melakukan shalat wajib dan shalat Tarawih di masjid-masjid. “Ramadhan adalah kesempatan yang berharga untuk menunjukkan komitmen dan tanggung jawab sebagai Muslim,” kata mahasiswa itu.
Imam di masjid-masjid rajin mendistribusikan buklet agama dan menyampaikan khotbah dan doa wajib setelah shalat wajib atau shalat Tarawih. Sebagian besar imam menyampaikan tema yang berasal dari hadis nabi. Tidak seperti umat Islam di negara-negara lain yang melakukan shalat Tarawih sebanyak delapan rakaat, Muslim Tajikistan mengikuti Mazhab Hanafi, yakni melakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat.
Kebersamaan dalam satu meja Salah satu kegiatan unik Muslim Tajikistan pada bulan Ramadhan adalah kehadiran orang-orang sekeluarga di satu meja. Meskipun masjid dianggap sebagai tempat pertemuan utama, meja makan juga dinilai menjadi tempat yang penting untuk membangun kebersamaan.
Masjid tidak hanya menyediakan iftar (makanan untuk berbuka) bagi yang membutuhkan, tetapi juga melayani seluruh lingkungan. Sedangkan orangorang di rumah menyiapkan makanan dan melayani di satu meja. Mereka berbagi makanan satu sama lain untuk memperkuat prinsip kesatuan Islam.
Menu makanan khas Ramadhan yang menghiasi meja adalah seperti beras bukhari (dikenal sebagai plaw asch), sup, kebab, dan manto-piring yang terbuat dari daging cincang yang tercakup dalam adonan dan dikukus. Tabel iftar juga sarat dengan berbagai jenis jus dan sirup, seperti aprikot dan plum serta jus apel dan sirup ceri. Selain itu, ada juga berbagai permen tradisional.
Tradisi lain, yakni mengundang sanak saudara dan tetangga untuk berbuka puasa di rumah. Pihak yang diundang biasanya tidak dapat menolak undangan itu. Sebuah ruang tertentu di dalam rumah dipersiapkan untuk melayani tamu undangan guna melakukan shalat Tarawih berjamaah, diskusi keislaman, dan membaca Alquran. (rep/arrahmah.com)