LOGAR (Arrahmah.com) – Amerika dan koalisi mereka dan koalisi anti-Afghan telah memprediksi sebelum invasi bahwa generasi baru Afghanistan khususnya pemuda akan menjaga diri mereka dari nilai-nilai agama dan budaya setelah terjangan nilai-nilai Barat yang dibangun di atas ketelanjangan. Mereka mengiri para pemuda Afghan tidak akan menggunakan sedikitpun sentimen jihad.
Diduga setelah sepuluh tahun invasi, karakteristik untuk membela kehormatan mereka kemungkinan besar akan berkurang. Para pengusung sekulerisme dan penentang agama akan menggantikan semua nilai. Namun kebijaksanaan dan kehendak Tuhan berbicara lain. Sepuluh tahun berlalu sejak invasi AS dimulai dan selama periode itu, mereka telah menewaskan lebih dari 120.000 penduduk Afghanistan dan menahan dengan jumlah yang sama, mereka terbelenggu dalam ruang tahanan. Mereka menendang sekitar 1500 outlet media termasuk jaringan televisi, stasiun radio, jurnal, majalah, website dan media lainnya untuk melemahkan sentimen dan semangat hihad, menghilangkan karekateristik kehormatan dan keberanian di kalangan rakyat Afghan.
Melakukan hal tersebut, mereka ingin penduduk Afghan menyimpang dari agama mereka dan nilai-nilai budaya beralih ke nilai Barat, India dan nilai impor lainnya dengan memperkenalkan musik erotis, drama seri non-Islam dan upaya beracun lainnya, tetapi segala puji hanya milik Allah SWT, generasi Afghanistan baru masih penuh dengan kecintaan mereka terhadap Islam, yang selalu disirimai dengan kegilaan mereka terhadap Islam walaupun berbagai intrik dilakukan oleh kekuatan-kekuatan anti-Islam. Mereka masih memiliki semangat dan keinginan untuk menjual hidup mereka di medan jihad, melawan penjajah dan pendudukan asing.
Menurut survei yang dilakukan oleh Komisi Kebudayaan Imarah Islam Afghanistan yang dilakukan terhadap kalangan mahasiswa dari sekolah dan universitas di provinsi Logar, 200 siswa dari 800 mengatakan mereka telah memiliki kemarahan mendalam terhadap tentara pendudukan, sementara 600 lainnya secara terbuka menyatakan siap untuk mengangkat senjata melawan penjajah. Sebagian besar siswa merupakan keluarga petani dan pedagang. Data survei ini dimiliki oleh Komisi Budaya Imarah ISlam Afghanistan dan dapat dipublikasikan untuk informasi publik. Para peserta survei menekankan, mereka sangat ingin menghancurkan tank-tank asing dan konvoi tentara penjajah sampai AS melarikan diri dari negaranya.
Imarah Islam Afghanistan berpendapat, perasaan jihad tidak terbatas hanya untuk satu provinsi tetapi pemuda dari seluruh provinsi di Afghanistan memiliki perasaan yang sama jika disurvei. Penjajah harus tahu bahwa konspirasi mereka dan kebrutalan telah terjatuh dan semangat atas dasa agama telah meningkat dibandingkan di masa lalu. (haninmazaya/arrahmah.com)