KAIRO (Arrahmah.com) – Seluruh jaringan televisi nasional yang hampir semuanya milik pemerintah dipaksa hanya menyiarkan demo pro-tentara pada Jumat (26/7/2013), dan mengabaikan demo akbar dari Ikhwanul Muslimin dan pendukung presiden terkudeta Mohammad Mursi di hari yang sama.
“Ini sangat tidak adil. Saya sebagai warga Mesir melihat situasi di Mesir melalui televisi asing,” kata Nadia Al Shadly, pegiat hak asasi manusia, sebagaimana dikutip antara, Jumat (26/7/2013).
Nadia mengecam keras media massa terutama televisi Mesir yang dalam laporannya hanya menyoroti demo pro militer dan sangat bias terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin yang kini beroposisi. Penguasa junta militer membungkam seluruh stasiun TV independen.
Pegiat HAM itu juga mengutuk sikap penguasa transisi atas penutupan seluruh media cetak dan larangan tayang terhadap sedikitnya enam jaringan televisi yang dianggap pro-Mursi.
Kecemasan serupa diutarakan pengamat masalah pers, Hashem Abdel Hamid.
Menurut dia, kediktaroran sistematis telah terjadi di Mesir pasca-kudeta pelengseran Presiden Mursi dengan pemberangusan media massa dan penangkapan sejumlah wartawan tanpa tuduhan yang jelas.
“Ada kalangan wartawan ditangkap hanya karena menggunakan kata kudeta militer dalam laporannya,” kata Abdel Hamid.
Kantor berita Mesir, MENA, melaporkan, seluruh jaringan televisi pada Jumat menunda tayangan reguler Ramadhan untuk khusus menyiarkan secara langsung demo besar pro tentara di Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo, Istana Al Ettihadiyah di Kairo timur dan berbagai kota provinsi.
Sementara itu, Kementerian Penerangan pada Jumat malam melansir siaran pers bahwa jaringan televisi Nilesat menyiarkan secara langsung suasana demo tanpa logo Nilesat, dan memungkinkan media asing melansirnya secara gratis.
Helikopter militer bahkan memfasilitasi TV Saluran-1 untuk mengambil gambar dari udara mengenai suasana demo pro-tentara, tapi mengabaikan demo pendukung Mursi pada hari yang sama.
Helikopter militer itu sesekali berputar-putar di Bundaran Rabiah dan sempat melemparkan lembaran kertas bergambar bendera nasional.
“Kami tidak butuh bendera, kami hanya menuntut kembalinya Presiden Mursi,” teriak pendemo menanggapi penyebaran lembaran bendera dari heli tersebut.
Bentrokan sengit dilaporkan terjadi di Iskandariyah, kota terbesar kedua setelah Kairo, satu orang meninggal.
Bentrokan sporadis juga terjadi di Kairo dan beberapa kota provinsi lainnya sehingga menciderai sejumlah orang. (salam-online/arrahmah.com)