Suatu saat di “Ghumah” yang merupakan bagian dari provinsi Hutin, Al Mukhtar mengumpulkan seluruh wanita desa tersebut di sebuah kantor pemerintahan, dengan alasan untuk membahas beberapa urusan keluarga.
Ternyata di sana telah menunggu dua orang dokter Cina yang sengaja datang dari Hutin. Lalu dua orang dokter tersebut memeriksa wanita-wanita tersebut untuk dicek siapa di antara mereka yang hamil. Para wanita yang hamil disuruh tinggal di tempat, sedang wanita yang lain dipersilahkan pulang. Wanita-wanita yang hamil tersebut selanjutnya dibawa ke rumah sakit setempat.
Di sana mereka digugurkan kandungannya secara paksa, meskipun di antara mereka ada yang usia kehamilannya sudah 6 bulan. Para dokter itu membunuh bayi dalam kandungan yang telah berusia 6 bulan dan mengeluarkannya dari rahim ibunya. Lalu wanita ini bersama yang lain dikembalikan ke rumahnya. Namun karena pendarahan hebat yang dialaminya, menyebabkan wanita ini meninggal dunia keesokan harinya.
Mendengar berita tersebut, suami wanita malang yang sedang bekerja rodi (kerja paksa tanpa upah) membangun bendungan, langsung pulang untuk memelihara anaknya yang baru berusia 4 tahun. Telah diketahui bahwa setiap keluarga di pedesaan Turkistan Timur diharuskan bekerja membangun bendungan selama 2 bulan dalam satu tahun tanpa upah.
Ketika penduduk memberi tahu bahwa yang menyuruh istrinya menggugurkan kandungan adalah Mukhtar, hilanglah akal sehat laki-laki ini. Ia mencegat 2 anak Mukhtar yang masih kecil ketika keduanya pulang sekolah, lalu sang suami ini menyembelih keduanya dengan pisau.
Peristiwa ini terjadi bulan Juni lalu, kemudian pada bulan Juli sang suami malang ini dijatuhi hukuman mati.
Ada kejadian lain di desa ini, dimana ada seorang petani yang melahirkan anak ke-4 nya. Padahal Undang-Undang Komunis menyebutkan bahwa barang siapa melahirkan anak ke-2 maka dia didenda 250 dollar, sedang denda untuk anak ke-4 adalah 500 dollar. Namun petani ini belum membayar denda, meski bayinya telah berusia 9 bulan karena dia tidak memiliki uang.
Meskipun dia menjual rumahnya, harganya tidak akan mencukupi untuk membayar denda. Bulan lalu, petani ini menikahkan anak perempuannya dan keluarga suami putrinya yang menanggung biaya pesta pernikahan.
Pada pagi hari dilangsungkannya pernikahan, datang petugas yang merupakan orang Cina, meminta agar petani ini membayar denda. Petani inipun mengatakan bahwa dia tidak punya uang sebanyak itu. Petugas Cina tersebut mengatakan kepadanya, bagaimana mungkin dia membuat pesta pernikahan jika tidak memiliki uang.
Petugas itu mengatakan jika dia tidak membayar denda, maka mereka akan melarang mengadakan pesta pernikahan. Lalu mereka berdebat dan perdebatan memanas hingga melahirkan kasus yang lebih berat lagi.
Jika dua kasus ini terjadi hanya dalam satu bulan di desa yang sama, pada persoalan yang sama, yakni pembatasan keturunan (KB), lalu berapa kasus kira-kira yang terjadi di seluruh wilayah Turkistan Timur yang terdiri dari 20 kota, 64 distrik dan lebih dari 3000 desa?.
Kebanyakan wanita hamil di Turkistan Timur akan pindah atau mengungsi ke Turkistan Barat dengan alasan kunjungan keluarga. Mereka akan tinggal di sana sampai melahirkan. Namun siasat ini tidak dapat menghindarkan mereka dari membayar denda yang telah ditetapkan.
INGAT ! membantu kaum muslimin Turkistan Timur dan memerdekakan mereka dari penjajahan komunis Cina, WAJIB hukumnya bagi setiap muslim, khususnya bagi muslimin Turkistan Timur sendiri.
Yusuf Al Indunisi
Arrahmah.Com Translation & Political Division