Oleh : Taufik Setia Permana (Aktivis Mahasiswa Malang)
(Arrahmah.com) – Peperangan yang berkecamuk di Suriah sudah memakan banyak korban jiwa. Laporan dari Pusat Penelitian Kebijakan Suriah mengatakan bahwa setidaknya 470.000 warga Suriah telah tewas akibat perang, atau hampir dua kali lipat dari jumlah 250.000 orang yang dihitung satu setengah tahun yang lalu oleh PBB, sehingga berhenti menghitung karena kurangnya data yang bisa dipercaya.
Pemereintah rezim diktaktor Bashar Assad tak henti-hentinya membombardir para mujahidin yang tidak lain adalah rakyatnya sendiri. Kezaliman semakin nampak ketika melihat fakta korban yang bergelimangan sebagian besar adalah anak balita dan bayi yang tidak bersalah. Hal tersebut juga menimpa seorang muslimah yang seharusnya dilindungi martabatnya malah menjadi bulan-bulanan pelecehan seksual.
Serangan demi serangan yang di luncurkan oleh orang-orang kufar merupakan makar agenda politik jahat. Jika kita menarik pangkal permasalahan maka dapat kita ketahui bahwa sumber dari konflik Suriah tidak terlepas dari peran Amerika dan Rusia. Mereka telah berhasil memanfaatkan negara-negara bonekanya sebagai nanah yang menutupi borok kebusukan kedua negara tersebut.
Kentalnya aroma politik yang terjadi dipeperangan Suriah dimanfaatkan oleh negara-negara oportunistik yang tidak lain hanya mencari buntut keuntungan dari peperangan tersebut. Negara-negara seperti Turki, Saudi Arabia, Iran, dan negara-negara terlibat liga arab merupakan negara boneka yang hanya bekerja mengikuti kemauan Amerika dan Rusia.
Turki
Sejak Erdogan mendirikan AKP hingga menjadi presiden, Erdogan selalu memihak AS terhadab keputusan yang disepakatai untuk sejumlah isue, seperti pemberian izin terhadab AS untuk menggunakan pangkalan lanid Incirlik. Kepada surat kabar the New York Times, seorang pejabat AS lainnya mengatakan penggunaan Lanud Incirlik memperlebar kemampuan militer AS dalam menyerang target-target ISIS.
Pada KTT Turky-Rusia semakin memperjelas fungsi negara ini terhadab AS. Dalam perundingan tersebut sebenarnya negosiasi terhadab pemberian celah untuk Turky ikut andil dalam penyelesaian krisis Suriah dengan titik fokus terhadab penyerangan ISIS. Ikut andilnya Turki sebenarnya mengikuti kemauan AS sebagai tangan kanannya, Turki dipaksa untuk mengikuti pola strategy AS dan Rusia untuk masuk menghalangi para mujahidin yang menyuarakan revolusi Suriah.
Tidak hanya itu, baru-baru ini Turki membentuk Perisai Eufart, dibentuk melalui berbagai front, termasuk front Allepo dengan menargetkan serangan terhadab ISIS. Inilah kebobrokan yang ditampakkan, Perisai Eufart tidak lain hanyalah untuk melemahkan kekuatan para mujahidin dengan menggeser dan memecah arah pergolakkan serangan terhadab ISIS, padahal Bashar al Assad dan Rusia terus membombardir Allepo. Jelas inilah yang diinginka Amerika, dengan mengalihkan sementara target serangan akan mempermudah Rusia dan Bashar al Assad untuk membrangus para mujahidin.
Sungguh, negara sejarah keagungan kaum muslimin ini telah diperdaya oleh Amerika yang mampu menggerakkan Turki sebagai tangan kanan seperti boneka berbie seolah-olah menjadi mainan kesayangan kaum muslimin.
Arab Saudi
Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Arab Saudi telah memuaskan majikannya yaitu AS. Kita masih ingat dengan rencana operasi darat yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Turki yang menargetkan serangan ke ISIS. Mereka tidak menyadari sedang terjebak mengikuti agenda Amerika untuk memerangi terorisme yang dijadikan dalih untuk membantai kaum muslimin di Suriah. Isue memerangi terorisme menjadi penebar kebohongan, faktanya Rusia masih leluasa membombardir mujahidin dan rakyat Suriah.
Iran
Pada awalnya Iran hanya dipandang sebagai negara rendahan bahkan pemerintah AS sering mencemooh negara tersebut secara terbuka. Namun kondisi tersebut tidaklah mengubah keinginan AS untuk selalu mengawasi Irak yang pada saat itu menjadi target jajahannya. Hingga pada kondisi tertentu Iran membuat kebijakan untuk melakukan keerjasama AS sebagai umpan untuk keikut sertaan Iran untuk mengambil keuntungan terhadab Irak dan Afganistan.
Pada KTT PBB September 2008 merupakan awal mula hubungan erat antara AS dengan Iran. Dalam wawancara oleh Ahmadinejad pada majalah Times menyebutkan : “Iran Telah mengulurkan tangan untuk kerjasama dengan AS dalam masalah Afganistan dan negara kita telah memberi bantuan kepada AS dalam memulihkan perdamaian dan stabilitas di Irak”
Inilah awal mula ketundukkan Iran terhadab AS. Memang pada kasat mata Iran menjadi teman sepermainan Rusia, namun inilah sekenario politik oportunitis. Hingga pada peperangan di Suriah pada faktanya Iran hanya mengangguk terhadab AS, sedangkan Rusia hanya menjadi pendukung atas kebijakan AS. Peran Bassar al Assad hanya menjadi gerbang pembuka terhadab Iran dan Rusia untuk melucuti dan menghinakan wajah kaum muslimin Suriah.
Liga Arab
Liga Arab tidak jauh-jauh dengan kebijakkan AS, perkumpulan dari negara-negara arab ini sejatinya dibentuk untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang menimpa di negara yang terlibat di liga arab. Namun penyelesaiannya tidak jauh atas ketundukkan mereka terhadab kepentingan AS dan Rusia.
Atas kepentingan itulah solusi yang ditawarkan pada liga arab terfokus pada wujud damai atau sebatas genjatan senjata dari permasalahan krisis Suriah. Tentu ini kezaliman yang nyata, mematikan secara pelan-pelan terhadab rakyat suriah dan para mujahidin yang sedang di boikot .
Wahai kaum muslimin, sudah sangat terlihat peran negara-negara kufar dalam mengadu domba kaum muslimin. Negara sayab-sayab malaikat (Suriah) itu hanya menjadi kambing hitam untuk di hajar melalui tangan-tangan orang munafik. Sesungguhnya mujahiddin yang mnyuarakan revolusi untuk peneggaakkan Syariat dan Khilafah merupakana sekumpulan orang-orang yang tersadarkan, hingga suara rintihan mereka ditolak oleh pemerintah boneka dan akhirnya di brangus satu-persatu.
Permasalahan Suriah tidak akan terselesaikan apabila masih adanya orang-orang munafik difungsikan untuk mengurus umat ini. Hati mereka busuk, terlihat islam namun melayani kepentingan para musuh-musuh Islam. Mereka membuat makar fitnah hingga didirikanlah ISIS sebagai kedok yang pada faktanya untuk membantai mujahidin yang tulus memperjuangkan demi peneggakkan Islam.
Maka sudah saatnya kaum Muslimin bangkit dan mecabut segala aturan-aturan buatan manusia untuk digantikkan dengan aturan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu syariat Islam. Peneggakkan Khilafah merupakan tameng yang diperuntukkan sebagai urusan yang harus diteggakkan untuk melindungi umat ini dari kepentingan para musuh-musuh Islam dan dengan Khilafah yang mampu mempersatukan negara-negara Islam.
(*/arrahmah.com)