RAMALAH (Arrahmah.id) — Nael Barghouti warga Palestina yang kini berusia 67 tahun telah memasuki tahun ke-44 berada di penjara pendudukan Israel, tepat pada 20 November kemarin, yang merupakan masa penahanan terpanjang dalam sejarah gerakan nasional tawanan.
Barghouti yang berasal dari kota Kober, barat laut kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, telah menghadapi penangkapan sejak 1978, di mana dia menghabiskan 34 tahun terus menerus dan dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan “Shalit”.
Namun, pendudukan Israel kembali menangkapnya pada tahun 2014 sebagai bagian dari operasi penangkapan yang meluas di antara terhadap para pejuang.
Selama empat dekade penahanan, Barghouti kehilangan orang tuanya, generasi berlalu, dan banyak peristiwa bersejarah di Palestina dan di seluruh dunia.
Barghouti lahir di kota Kober pada tanggal 23 Oktober 1957, dan ditangkap untuk pertama kalinya pada tahun 1978, dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan 18 tahun.
Selama 34 tahun ia menghabiskan terus menerus di penjara, otoritas pendudukan menolak untuk membebaskannya, meskipun banyak kesepakatan pertukaran dan pembebasan yang disepakati dalam kerangka negosiasi.
Saat dibebaskan pada tahun 2011, Nael Barghouti menikah dengan aktivis wanita, Iman Nafeh.
Tidak hanya dirinya saja yang dipenjara, sejumlah saudara Barghouti juga ikut dibui Israel. Salah satunya Hannah al Barghouti (59) yang pada Jumat (24/11) masuk ke dalam daftar tahanan yang dibebaskan oleh Israel, lapor AP (25/11).
Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel. (hanoum/arrahmah.id)