Oleh: Abdillah Onim
Jurnalis dan Aktivis Indonesia untuk Palestina
Koordinator DAQU Gaza-Palestina
GAZA (Arrahmah.com) – Seorang wanita asal Indonesia selama 14 tahun lebih bekerja sebagai pembantu rumah tangga di wilayah Jalur Gaza Palestina yang hingga kini masih diblokade oleh penjajah “Israel”. Ia datang ke sana sebelum Gaza diblokade dan bertepatan dengan Intifadhah Kedua serta pada masa kepemimpinan Presiden Yasser Arafat.
Ikah Subaekah binti Jamal Jayadi (46) bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di wilayah yang sudah lebih dari 7 tahun diblokade penjajah “Israel” itu. Ikah Subaekah adalah TKW asal Cianjur Kampung Umuncang Suka Raja Suka Bumi Jawa Barat. Ia memiliki empat orang anak. Suaminya dikabarkan telah wafat pada saat ia mencari nafkah sebagai pembantu rumah tangga di Gaza Palestina.
Ia menuju Gaza melewati jalur penerbangan Jakarta-Yordan. Ia kemudian mendarat di Bandara Internasional Gaza Palestina yang terletak di Rafah, Gaza Selatan. Namun saat ini, bandara tersebut sudah hancur dibom oleh militer penjajah “Israel”.
Dengan bahasa Sunda yang kental bercampur bahasa Indonesia dan bahasa Arab, ia menuturkan bahwa saat ia baru tiba di Gaza, sekitar tahun 2000, rakyat Palestina masih bersatu. Rakyat Palestina melakukan perlawanan terhadap tentara penjajah “Israel”. Mereka menyerang pasukan penjajah dengan menggunakan batu. Awal perlawanan ini dikenal dengan Intifada Kedua.
Saat penulis berbincang dengan Ikah, ia terlihat sangat senang. Ia senang bukan hanya karena tuan rumah tempatnya bekerja sangat baik hati dan ramah, tetapi juga karena selama 14 tahun bekerja di sana ia belum pernah bertemu dengan orang Indonesia.
Ikah memaparkan bahwa seluruh anggota keluarga di rumah tempat ia bekerja sangat baik dan ramah terhadapnya. Ia merasa sangat senang bekerja di tempat mereka.
Hajjah Ummu Muhammad, majikan di rumah tempat Ikah bekerja, menuturkan bahwa 14 tahun silam Ikah mulai bekerja di rumahnya. Pada saat itu Ummu Muhammad bertemu dengan Ikah di Yordan, ia dan suaminya kemudian sepakat mengajak Ikah ke Gaza untuk bekerja di rumah mereka sebagai pembantu rumah tangga.
Majikan Ikah menyayangi Ikah dan Ikah tidak pernah menerima penyiksaan atau cercaan di rumah mereka. Mereka sudah mengganggap Ikah bagian dari keluarga mereka. Ummu Muhammad juga sering memberikan hadiah, mengirimkan uang ke anak-anak Ikah di Sukabumi dan bahkan ia dan suaminya juga memberinya hadiah perhiasan berupa gelang emas, cincin emas serta kalung emas.
Bagi Ummu Muhammad dan suaminya, hal yang penting dalam mempekerjakan orang di rumah mereka ialah menemukan orang yang jujur dan amanah. Ia mengungkapkan, “Alhamdulillah, Ikah orangnya baik, jujur dan menjaga amanah. Ia menjaga dengan baik apa yang kami amanahkan, hingga kini perhiasan kami tetap utuh, uang kami utuh walau kami letakkan begitu saja. Ikah juga agamanya bagus, selalu membaca Al-Qur’an, shalat 5 waktu tak pernah putus, bahkan saat ini sudah banyak ayat Al-Qur’an yang ia hafal. Dengan demikian, Ikah di rumah ini sudah kami anggap sebagai bagian dari keluarga kami, bahkan sudah kami anggap sebagai putri kami sendiri.”
“Jika saya dan suami saya bepergian keluar negeri seperti ke Yordan dan ke Mesir, maka Ikah sendirian menjaga rumah dan selalu kami bawakan hadiah sekembalinya dari luar negeri, seperti kalung emas dan perhiasan lainnya. Saya dan suami saya tidak mengizinkan Ikah untuk membuang sampah keluar rumah,” lanjutnya.
Saat dihubungi oleh rekan-rekan yang menyampaikan informasi mengenai keberadaan seorang ibu asal Indonesia yang bekerja di rumah warga Gaza, tepatnya di Nusairot Gaza Tengah, awalnya penulis tidak yakin akan kebenaran informasi tersebut. Penulis kemudian memastikan informasi itu dengan menelepon Ikah melalui nomor ponsel yang diberikan oleh rekan-rekan.
Ternyata informasi tersebut benar adanya. Penulis awalnya tidak percaya bahwa ada TKW asal Indonesia yang bekerja di Gaza karena seperti diketahui bahwa Gaza adalah wilayah konflik yang sering sekali diinvasi oleh penjajah “Israel”. Selain diinvasi, wilayah Gaza juga diblokade oleh penjajah “Israel” dengan pengepungan yang sangat ketat. Dengan blokade ini, maka betapa sulitnya untuk bisa memasuki wilayah Jalur Gaza, dan jika sudah masuk ke wilayah ini maka akan sulit untuk keluar.
Penuturan Ikah saat diwawancara
“Alhamdulillah, saya berada di Palestina sudah 14 tahun, tuan rumahnya sangat baik dan ramah, saking ramahnya mereka tidak mengizinkan saya membuang sampah keluar. Bagi saya, apapun pekerjaannya yang penting halal hasilnya, harus jaga amanah, tidak boleh mencuri. serta harus jujur.”
Ia menambahkan bahwa tuan rumahnya adalah orang berada yang taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, baik, dan ramah kepada siapa saja. “Uang dan perhiasan mereka bertumpuk dan diletakkan begitu saja, Alhamdulillah, saya tidak tertarik untuk mengambilnya walau sedikit pun, karena saya tahu itu bukan hak saya dan haram jika mencuri.”
Dengan sangat berharap, Ikah menyampaikan bahwa ia ingin sekali kembali ke Indonesia, pulang ke kampung halamannya untuk bertemu dengan anak-anak serta sanak keluarganya di Suka Raja Cianjur. Akan tetapi kendalanya adalah masa berlaku passportnya sudah habis. Ia berharap pihak KBRI di Mesir atau KBRI di Yordan dapat membantu memperpanjang masa berlaku passportnya.
Setelah mendengar penuturan Ikah, In Syaa Allah, penulis akan berkoordinasi dengan pihak KBRI Mesir dan KBRI Yordan untuk menindaklanjuti masalah ini.
Sebagai TKW Indonesia yang telah lama bekerja di Gaza, saat diwawancara Ikah menitipkan salam untuk putra dan putri serta sanak keluarganya di Suka Raja.
Penulis, Abdillah Onim, adalah koordinator PPPA DAQU Gaza yang saat ini menetap di Gaza dan sedang membangun, dalam tahap penyelesaian, gedung tahfidz DAQU di Gaza bimbingan Ustadz Yusuf Mansur. Untuk mengunjungi Ikah, penulis mengajak istrinya yang merupakan seorang muslimah hafidzah asal Gaza. Dia juga mengajak putri mungilnya yang berwajah campuran Indonesia-Palestina yang dia beri nama Marwiyah Filind. Nama Filind terinspirasi dari dua negara yang sangat erat hubungannya, tidak hanya hubungan akidah akan tetapi juga hubungan darah, yaitu Filistin Indonesia. Saat ini Filind berusia 1,8 tahun dan ia dapat berbahasa Arab dan Indonesia.
Akhirnya, penulis menghimbau kepada rakyat Indonesia pada khususnya kaum Muslimin di Indonesia, agar senantiasa mendoakan rakyat Palestina di mana saat ini kondisi mereka sedang berada di puncak krisis akibat pemblokiran akses oleh pihak penjajah “Israel” sehingga menyebabkan bantuan kemanusiaan tidak bisa masuk ke wilayah Gaza.
Bagi pembaca budiman yang ingin membelanjakan, menginfakkan sebagian dari rizki dan harta untuk rakyat Gaza-Palestina, Anda dapat menyalurkan bantuan Anda melalui Info Infak Abdillah Onim: PIN BB di Gaza: 25C63245, Whatsapp/mobile : +972 598058513.
Anda juga dapat mengirimkan donasi dan infak langsung melalui:
Sunduq Ukhuwah (Kotak Persahabatan) Infaq dan Zakat untuk Gaza Palestina. Rekening BNI Cab.Kenari Mas Jak-Pus No.Rek : 6900060009 a/n : Abdillah Onim (Konfirmasi transfer ke PIN dan Whatsapp yang tertera di atas).
Doa dan dukungaan para pembaca budiman tentu selalu mereka nantikan dan In Syaa Allah akan sangat bermanfaat. Terima kasih. (arrahmah.com)