WASHINGTON (Arrahmah.id) – Satu pekan setelah AS meluncurkan aliansi untuk menjaga Laut Merah dari serangan Houtsi terhadap kapal-kapal “Israel”, para anggota koalisi tidak lagi ingin dikaitkan dengan AS sama sekali, menurut laporan Reuters.
Dua sekutu Amerika di Eropa yang terdaftar sebagai kontributor Operation Prosperity Guardian – Italia dan Spanyol – mengeluarkan pernyataan yang tampaknya menjauhkan diri dari kekuatan maritim.
Pentagon mengatakan pasukan tersebut merupakan koalisi pertahanan yang terdiri dari lebih dari 20 negara untuk memastikan perdagangan bernilai miliaran dolar dapat mengalir dengan bebas melalui jalur pelayaran penting di perairan Laut Merah di lepas pantai Yaman.
Namun hampir setengah dari negara-negara tersebut sejauh ini belum mengakui kontribusi mereka atau mengizinkan AS untuk melakukannya. Kontribusi tersebut bisa berkisar dari pengiriman kapal perang hingga sekadar pengiriman perwira staf.
Keengganan beberapa sekutu AS untuk melibatkan diri dalam upaya tersebut sebagian mencerminkan perpecahan yang tercipta akibat perang di Gaza, yang membuat Biden tetap mempertahankan dukungan kuat untuk “Israel” bahkan ketika “Israel” melakukan apa yang oleh sebagian besar organisasi hak asasi manusia disebut sebagai genosida terhadap warga Palestina, sehingga menewaskan lebih banyak orang sejak 7 Oktober.
“Pemerintah Eropa sangat khawatir bahwa sebagian dari pemilih potensial mereka akan berbalik melawan mereka,” kata David Hernandez, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Complutense Madrid, seraya mencatat bahwa masyarakat Eropa semakin kritis terhadap “Israel” dan khawatir akan terseret ke dalam konflik.
Houtsi telah menyerang atau menyita belasan kapal yang terkait dengan “Israel” dengan rudal dan drone sejak 19 November, menyerukan negara pendudukan tersebut untuk menghentikan serangan biadabnya di Gaza atau berisiko kehilangan lebih banyak perdagangannya.
Angkatan laut Amerika Serikat, Inggris dan Prancis masing-masing telah menembak jatuh drone atau rudal yang diluncurkan Houtsi.
Laut Merah adalah pintu masuk bagi kapal-kapal yang menggunakan Terusan Suez, yang menangani sekitar 12 persen perdagangan dunia dan sangat penting untuk pergerakan barang antara Asia dan Eropa. Serangan Houtsi telah menyebabkan beberapa kapal dialihkan rutenya di sekitar Tanjung Harapan di Afrika, sehingga secara signifikan meningkatkan waktu dan biaya pelayaran.
Perusahaan kontainer raksasa Denmark, Maersk mengatakan pada Sabtu (23/12/2023) bahwa pihaknya akan melanjutkan operasi pengiriman di Laut Merah dan Teluk Aden. Namun Hapag Lloyd dari Jerman mengatakan pada Rabu (27/12) bahwa pihaknya masih yakin Laut Merah terlalu berbahaya dan akan terus mengirim kapal mengelilingi Tanjung Harapan. (zarahamala/arrahmah.id)