Oleh Ine Wulansari
Pendidik Generasi
Mengejutkan, seorang ibu di Subang tega menghabisi nyawa anak kandungnya. Muhamad Rauf 13 tahun, warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, ditemukan tewas di saluran irigasi. Saat ditemukan, kondisi Rauf berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Dari hasil penyelidikan, Rauf dibunuh oleh Nurhani ibu kandungnya, juga dibantu paman (s) 24 tahun dan kakeknya (w) 70 tahun. Kepada polisi, Nurhani mengaku setelah anaknya dianiaya ia langsung membawa dan membuangnya ke saluran irigasi dalam keadaan hidup.
Diketahui bahwa korban telah lama hidup menggelandang semenjak ayah dan ibunya bercerai. Terkadang ia tidur di pos ronda dan tempat umum lainnya. Warga menuturkan, korban sudah putus sekolah menengah pertama dan untuk makan ia sering meminta-minta bahkan melakulan tindak pencurian. Saat malam sebelum aksi keji tersebut terjadi, korban pulang melalui atap rumah dan bertengkar dengan kakeknya hingga terjadi pemukulan yang dilakukan oleh korban. Kakeknya pun membalas dengan melayangkan gergaji ke arah kepala korban lalu berteriak memanggil ibunya. Tubuh Rauf dibanting dan ditindih, kemudian sang paman mengikatnya. Ibu korban yang melihat anaknya tak berdaya justru kehilangan akal, ibu membawa Rauf dalam keadaan terikat dengan kendaraan roda dua milik tetangga. Kemudian berniat hendak membawa ke rumah ayahnya. Namun karena rasa khawatir melihat anaknya berlumuran darah ia mengurungkan niatnya dan justru membuang Rauf tanpa belas kasihan. (kompas.com, 8 Oktober 2023)
Kasus pembunuhan yang dilakukan ibu kandung dalam pandangan Miryam Sirgalaki, seorang psikolog dari Universitas Achmad Yani (Unjani) menilai bahwa kejadian tersebut berawal dari kondisi ibu yang stres akibat perceraian. Ditambah tekanan ekonomi saat anak meminta HP membuat beban kian berat. Selain hal di atas, ada kemungkinan lainnya yaitu abnormalitas dari pelaku. Ini disebabkan kurangnya dukungan keluarga besar dapat memengaruhi emosi sang ibu.
Fungsi Keluarga Tercerabut
Keluarga adalah tempat perlindungan bagi semua anggota di dalamnya. Tentu saja setiap anggota keluarga harus memperoleh rasa aman, tenang, dan tenteram. Karena keluarga merupakan bentuk kecil dari masyarakat yang memiliki delapan fungsi utama yakni, edukasi, reproduksi, ekonomi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, dan religiositas. Delapan fungsi tersebut akan berjalan dengan baik, jika seluruh anggotanya bahu-membahu baik orang tua maupun anak.
Dalam kasus yang terjadi di Subang, semua fungsi tersebut tidak terlaksana dengan semestinya. Meskipun fungsi reproduksi berjalan, akan tetapi setelahnya ada perpisahan. Hal inilah yang memicu pada persoalan lainnya, semenjak ibunya berpisah secara otomatis ia menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Perannya yang semula sebagai pengurus rumah tangga, bertambah dan semakin berat dengan berperan sebagai pencari nafkah. Karena faktor ekonomi pun akhirnya menyebabkan anak harus putus sekolah.
Perannya sebagai ibu dengan berbagai permasalahan yang membelit, memberi dampak buruk pada perkembangan anak. Keluarga tidak mampu menjalankan fungsi edukasi sebab anak berani mencuri dan memukul orang yang lebih tua. Begitu juga fungsi proteksi, anak yang seharusnya dijaga dan dilindungi justru dengan kejam dianiaya hingga tewas oleh orang yang telah melahirkannya. Kesemuanya ini terakumulasi ketika fungsi religiositas tidak ada dalam keluarga. Membuat seluruh anggota keluarga jauh dari agama. Tak heran, mulai dari anak, ibu, paman, dan kakek, begitu mudah bertindak yang melanggar hukum dan agama. Alasannya disebabkan oleh gejolak emosi yang tidak terkendali.
Kasus ini hanya sedikit dari banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh ibu sebagai orang terdekat dengan anak. Masih ingatkah kita dengan kasus seorang ibu di Brebes yang melakukan percobaan pembunuhan tiga anaknya, satu diantaranya tewas. Begitu juga kasus pembunuhan di Sragen Jawa Tengah yang membunuh anaknya dengan menggunakan golok dan cangkul. Juga sederet kasus pembunuhan lainnya yang dilakukan oleh seorang ibu. Tentu saja, fakta-fakta mengerikan ini terjadi disebab banyak faktor pemicu di dalamnya. Paling utama adalah tercerabutnya fungsi keluarga sebagai benteng pertahanan yang aman bagi seluruh anggota keluarga.
Sekulerisme Biangnya
Menelusuri berbagai realitas yang terjadi di tengah masyarakat, tak lepas dari sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Sekulerisme sebagai sebuah pemahaman yang memisahkan agama dari kehidupan. Pemahaman buruk ini telah merasuki dan menggempur seluruh sendi kehidupan, termasuk keluarga.
Fungsi religi dalam sistem ini, benar-benar dirusak. Sehingga menyebabkan keluarga jauh dari agama membuat mereka mampu melakukan apa saja sekalipun itu perbuatan dosa. Sebab ketidakpahaman membuat mereka bisa berbuat tindakan tidak terpuji demi memenuhi kebutuhan hidup, seperti mencuri misalnya. Jika ada persoalan membelit, mereka akan menyelesaikannya dengan cara instan dan mengedepankan emosi sesaat. Akibatnya, melakukan tindakan di luar akal sehat pun menjadi hal yang biasa. Kalau fungsi religi telah rusak, maka fungsi lainnya juga akan ikut rusak.
Ditambah peran negara sebagai penjaga dan pengayom masyarakat dalam sistem Sekuler Kapitalisme hilang. Negara menganggap bahwa keluarga harus dijaga secara individu saja. Padahal, fungsi keluarga akan terlaksana jikalau negara ikut serta menerapkan kebijakan yang mendukung masyarakat. Namun sayang, karena sistem ini hanya berlaku bagi mereka yang berkuasa. Secara ekonomi yang kaya makin kaya, sedangkan si miskin bersusah payah mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada akhirnya, fungsi ekonomi tidak berjalan semestinya.
Islam Menjaga Fungsi Keluarga
Islam sebagai agama sempurna, memiliki aturan yang mampu menjaga dan memelihara manusia sesuai fitrahnya. Dengan berpegang teguh pada Islam, manusia mempunyai landasan benar yang mengarahkannya untuk menjadi pribadi bertakwa pada perintah Allah Ta’ala. Sehingga, manusia akan berusaha untuk taat segala aturan termasuk dalam berkeluarga. Orangtua dan anak memahami tanggung jawab masing-masing. Dengan begitu, akan tercipta saling membantu dan memahami satu sama lain. Jika demikian, dapat dipastikan delapan fungsi keluarga akan berjalan dengan ideal.
Peran negara dalam Islam pun melaksanakan tugasnya dengan baik. Ketika negara menerapkan aturan yang bersumber dari Islam, maka akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Sehingga, secara otomatis keluarga tidak akan kesulitan dari sisi ekonomi. Jika ada keluarga miskin, negara akan membantu dan menjamin kebutuhannya melalui pos zakat. Jika kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan, negara akan membantu dengan memberikan modal usaha dan menyediakan lapangan pekerjaan. Sedangkan untuk kesehatan, pendidikan, dan lainnya, akan disediakan oleh negara dengan kualitas baik dan biaya murah bahkan gratis.
Oleh karena itu, hanya Islam dengan seperangkat aturan kehidupan yang mampu menjaga fungsi keluarga. Dengan diterapkannya seluruh aturan di segala sendi, akan mewujudkan berbagai hal penting. Baik kesejahteraan, ketentraman jiwa, terjaganya iman dan takwa kepada Allah Ta’ala.
Wallahua’lam bish shawab.