JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekularisasi dalam pendidikan yakni memisahkan antara pendidikan umum dengan agama, hanya akan menghasilkan kerusakan akhlak. Hal ini disampaikan Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Dr Adian Husaini.
Menurutnya, membuat kurikulum yang tidak memisahkan antara pendidikan umum dengan agama, masih menjadi pekerjaan rumah bersama kaum Muslim, lansir Hidayatullah.com Ahad (6/3/2014).
Berbicara di Jakarta dalam acara “Bedah Jurnal ISLAMIA” dan diskusi Dwi Pekanan Insitute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), bertema “Isu-isu Pendidikan Antara Problematika dan Konseptualisasi” Adian juga mengatakan bahwa integrasi ilmu dunia dan akhirat justru akan menghasilkan manusia yang beradab.
Sebab ilmu yang diperolehnya digunakan untuk memakmurkan agamanya dan menempatkan Allah dan Rasul-Nya di tempat tertinggi.
Sebagai alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB, dirinya pernah mendapatkan pertanyaan dalam suatu kesempatan, “Anda lulusan kedokteran hewan, tapi mengapa Anda saat ini berkecimpung pada pendidikan Islam?”
Mendapat pertanyaan itu, dengan santai Adian menjawab, “Pertanyaan Anda sendiri sudah salah bahwa pendidikan Islam harus dibedakan dengan ilmu umum,” tandasnya kepada si penanya.
Keprihatinan terhadap kurikulum juga tercermin pada penyebutan istilah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Peraih gelar Doktor bidang Peradaban Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilization-International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) itu itu pernah menemukan kurikulum di sebuah pondok pesantren (Ponpes) yang masih memisahkan keduanya.
“Baru disebut KBM kalau sudah membahas pelajaran umum jam 7 pagi. Tahajud berjamaah, tadarus al-Quran yang dilakukan sebelumnya, tidak disebut KBM. Itu salah. Padahal bangun malam dan tadarus itu mendidik karakter mereka dan itu belajar,”ulas Adian mengomentari penyempitan makna belajar. (azm/arrahmah.com)