PAKISTAN (Arrahmah.com) – Jaringan sekolah-sekolah swasta di Pakistan telah mengumumkan hari anti-Malala, mereka mengecam gadis yang menerima Nobel perdamaian itu karena dia menjadi simbol untuk menentang ideologi Islam.
“Kami semua untuk pendidikan dan pemberdayaan perempuan,” ujar Mirza Kashif Ali, presiden federasi sekolah swasta, kepada New York Times pada Selasa (11/11/2014), lansir OnIslam.
“Tetapi Barat telah membuat personal ini yang menentang Ideologi Islam dan Konstitusi Pakistan,” tambahnya.
Hari Anti-Malala diumumkan pada Senin (10/11) oleh seluruh Federasi Sekolah Swasta Pakistan, yang menurut laporan mewakili 150.000 sekolah di seluruh Pakistan. Hari itu diselenggarakan di bawah banner “I am Not Malala”.
Tahun lalu, Seluruh Federasi Sekolah Swata Pakistan telah melarang anggotanya dari membeli buku Malala Yousafzai karena berisi konten anti-Islam dan anti-Pakistan.
Dikatakan bahwa buku itu ditulis oleh jurnalis Inggris Christina Lamb, yang mendukung novelis kontroversial Salman Rushdie yang menulis “Satanic Verses” pada1988.
Malala, yang sekarang berusia 17 tahun, mendadak terkenal pada 2009 karena tulisannya untuk BBC yang anti pemerintahan Taliban di wilayah kesukuan Pakistan ketika dia berusia 11 tahun.
Namun, banyak orang percaya bahwa buku hariannya itu ditulis oleh ayahnya, Ziauddin, seorang pemilik dan kepala sekolah di sekolah di mana Malala belajar, bekerja sama dengan Kepala Biro BBC Urdu.
Malala kemudian diberi penghargaan oleh PBB dan dianggap sebagai “simbol pendidikan”, setelah insiden penembakan yang diduga dilakukan oleh Mujahidin Taliban Pakistan.
Malala yang kemudian mendapatkan beasiswa di Inggris, dan kini hidup di Inggris, semakin dielu-elukan oleh dunia barat hingga diberikan Nobel perdamaian. Malala dikatakan sebagai icon pendidikan, yang mana hal ini ditentang oleh mayoritas rakyat Pakistan karena pada kenyataannya tidak demikian, tetapi Malala nampak diperalat barat untuk menentang syariah Islam di Pakistan. (siraaj/arrahmah.com)