LONDON (Arrahmah.com) – SMA Birmingham yang mayoritas siswanya Muslim, telah membantah tuduhan ekstrimisme yang menghantam sejumlah sekolah baru-baru ini. Pengelola sekolah memastikan bahwa sekolah adalah korban dari “perburuan” oleh inspektur OFSTED (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Inggris).
“Sekolah diserang dengan dalih kekhawatiran tentang ekstremisme dan ancaman terhadap pendidikan siswa,” David Hughes, seorang wali sekaligus Kepala sekolah di Park View-sekolah di Birmingham selama lebih dari 15 tahun-mengatakan kepada Guardian, Rabu (9/4/2014).
Park View, sekolah dengan siswa mayoritas Muslim, telah mengalami penyelidikan darurat selama beberapa minggu terakhir atas tuduhan ekstremisme yang tidak memiliki bukti.
“Sebuah inspeksi yang terkesan melecehkan telah dilancarkan setelah salah seorang mantan dan seorang staf menggugat,” keluh Liam Byrne, anggota parlemen dari Partai Buruh.
Dia menambahkan bahwa penyelidikan itu dipicu oleh keprihatinan terhadap korupsi keuangan dan dugaan khutbah ekstremis di sekolah.
“Ketika tuduhan telah dibuat, OFSTED harus menyelidiki. Kita tidak bisa mengabaikan para pelapor,” kata Byrne .
Bahkan tuduhan Byrne ini telah ditolak keras oleh Kepala Sekolah yang beragama Kristen, Haughes, yang membantah dugaan terlibat plot ekstremisme di sekolah.
“Dalam semua waktu saya selaku pengelola sekolah, belum menerima satu pun keluhan tentang ‘ekstrimisme’ atau ‘radikalisme’,” tulis Hughes dalam newsletter musim semi sekolah.
“Jika kami memang terlibat, maka selidiki secara terbuka dan menyeluruh,” tambahnya.
OFSTED dan Badan Pendanaan Pendidikan (EFA) telah mengadakan penyelidikan atas plot fundamentalis Islam yang diduga akan “mengambil alih” sekolah di kota yang direncanakan dalam dokumen disebut sebagai Operation Trojan House.
Meskipun dokumen empat halaman itu tidak ditandatangani oleh staf, inspeksi dilakukan pula terhadap para staf.
Pada bulan Februari 2013, sekolah Birmingham telah meminta maaf untuk menyajikan makanan non-halal kepada siswa Muslim menyusul penyelidikan di katering sekolah.
Inggris adalah rumah bagi minoritas Muslim yang cukup besar, diperkirakan hampir 2,5 juta jiwa.
Inspektur bias
Selama penyelidikan berlangsung, staf sekolah menuduh inspektur berperilaku dengan cara yang tidak pantas menambahkan bahwa mereka muncul dan mengutuk sekolah.
Hughes menuduh tim OFSTED menjadikan “setiap indikasi temuan diarahkan untuk mengutuk sekolah”.
Menurut Lee Donaghy, asisten kepala di bidang akademik, perwakilan guru bertanya jika mereka homophobia serta membuat lelucon tentang jumlah anggota staf Muslim laki-laki.
Maret lalu, sebuah laporan OFSTED mengindikasikan bahwa sekitar £ 70.000 dihabiskan untuk membiayai pengeras suara untuk bermain yang kabarnya diduga digunakan untuk sholat.
Klaim tersebut ditolak oleh pihak administrasi sekolah, “Harga speaker adalah £ 900 dan merupakan bagian dari sistem audio untuk pelajaran olah raga di aula sekolah, biaya yang tidak melebihi £ 10.000. Speaker yang utama hannya digunakan untuk fungsi panggilan untuk shalat (adzan) saja.”
Membela sekolah mayoritas Muslim, Hughes menulis kepada orang tua mengatakan bahwa Park View adalah sekolah “yang paling berhasil” di Birmingham.
“Lima belas tahun yang lalu , ketika saya pertama kali menjadi kepala sekolah, sekolah ini merupakan tempat yang berbeda,” tulis Hughes.
“(Saat ini) Kurang dari 20 % siswa yang memperoleh nilai C. Dalam satu tahun hanya satu dari 90 murid memperoleh nilai C atau di atasnya dalam matematika.”
“Hanya satu siswa! Banyak dari kami merasa bahwa tuduhan yang memojokkan ini benar-benar tidak dapat diterima, padahal sekolah kami telah melakukan perubahan berkelanjutan yang terpadu.”
Kepala sekolah mencatat bahwa sekolah akan menyambut penyelidikan dalam kasus ini sebagai upaya OFSTED “memberikan kritik yang membangun.”
“Namun, saya sangat curiga bahwa kritik yang sekarang sangat tidak mungkin membangun,” katanya. (adibahasan/arrahmah.com)