Pernyataan ini disampaikan Ketua Umum Asosiasi Yayasan Untuk Bangsa (AYUB) Drs Thomas Bambang MA sebagaimana dikutip di harian Sinar Indonesia Baru (SIB), Medan. Karena itu, AYUB akan mengadakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) di Hotel Danau Toba Medan pada 9-11 Agustus 2007 dengan thema “Pendidikan yang membangun kecakapan employability & entrepreneurship “.
Semiloka ini, akan diikuti 300 peserta dan diharapan sebagai pembicara pada seminar tersebut Ir Ciputra yang selain sebagai pengusaha, juga peduli dengan dunia pendidikan. Pendeta BS Mardiatmadja SJ, seorang vikep Keuskupan Agung Jakarta sekaligus pemerhati dunia pendidikan, Drs Michael utama Purnama dari perusahaan multi nasional Domba Mas Grup dan Drs Dwi Sunu Februanto Med.
Dikatakan Bambang, sekolah-sekolah Kristen terpuruk antara lain karena perkembangan banyaknya yayasan pendidikan yang tumbuh, sekolah-sekolah kristiani lebih berbangga terus menerus terhadap dirinya sendiri, sehingga sering kali lupa untuk mengembangkan diri (tertidur).
Sementara katanya, sekolah lain terus berkembang dan kemajuan antara lain dalam informasi teknologi (IT), bidang komunikasi, metode dan kurikulum. Sementara era demokrasi menuntut perlunya inovasi baru terhadap masalah-masalah pendidikan dan metode serta strategi pendidikan.
Peserta didik katanya, harus diajar entrepreneur, sehingga mampu mandiri. Selain itu, gaji pegawai dan guru yayasan sudah tertinggal dibanding gaji PNS, sehingga spirit guru yayasan sekolah Kristen tersebut sudah berbeda, bahkan ada guru yang lari ke sekolah-sekolah yang mau memberikan gaji besar, kalau dibiarkan sekolah-sekolah Kristen itu makin habis.
Justru itu kata Bambang, AYUB akan memberikan suplemen, metode-metode dan wacana serta membuat mode dan sistem pendidikan yang yang bagus, sehingga tidak saling menyikut . Karena sekarang ini banyak sekolah, maka antar sekolah sudah saling berebut siswa.
Sebelumnya, beberapa tahun lalu, seorang pengamat pendidikan Kristen, Prof. Mia Pati Noach pernah mengatakan, mutu pendidikan sekolah-sekolah Kristen di Indonesia –khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT)– dinilai sangat rendah bahkan tidak bisa bersaing dengan sekolah-sekolah swasta lainnya, seperti sekolah Katolik maupun sekolah Muslim.
Pernyataan itu disampaikan Noach dalam Sidang Majelis Pendidikan Kristen (MPK) se-Indonesia, di Aula UPTD-PKB Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT.
“Sekolah-sekolah Kristen saat ini sangat tertinggal dalam hal mutu pendidik dibandingkan sekolah swasta lainnya. Lihat saja sekolah-sekolah swasta, seperti halnya sekolah Katolik, mutu pendidikan mereka sangat bagus, bahkan menjadi sekolah-sekolah rebutan dan favorit,” ujarnya.
Sumber: Hidayatullah