CUYAHOGA FALLS (Arrahmah.com) – Dalam rangka memperkenalkan tokoh-tokoh sejarah Muslim kepada para siswa, sebuah sekolah Islam terkemuka di Ohio menyimpulkan bahwa inisiatif membaca dapat dirancang untuk mendorong minat baca siswa dengan kontribusi dokumen peran tokoh-tokoh Muslim di dunia.
“Pada awalnya, para siswa bersemangat membaca dalam rangka mengikuti lomba. Tapi seiring waktu, mereka menjadi tertarik dan menikmati kegiatan membaca ini,” kata Sarah Spencer, yang mengajar seni bahasa untuk anak TK dan kelas dua di Faith Islamic Academy di Cuyahoga Falls, kepada Ohio.com pada Jumat (1/1/2013).
“Saya mendengar mereka berbicara tentang buku yang mereka baca dan mereka berbagi satu sama lain.”
Kami berharap kami bisa mewujudkan : “Membangun Kegemaran Membaca”, menurut Sarah.
Proyek membaca ini dimulai pada 25 Januari untuk menantang 88 sekolah pra-TK sampai siswa-siswa kelas delapan untuk membaca hingga total 10.000 menit. Seiring dengan kegiatan membaca buku ini, staf sekolah menengah mencoba untuk membawa serta sejarah kehidupan Muslim yang didokumentasikan karena memberi kontribusi yang signifikan kepada masyarakat. Fauzia Nazir, kepala Faith Islamic Academy, memperkenalkan siswanya dengan Mumtaz Mahal, India, untuk siapa Taj Mahal dibangun sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Dia adalah seorang permaisuri dari Kekaisaran Mughal, yang memerintah sebagian besar India dan Pakistan pada abad 16 dan 17.
Alba Jwayyed mengajar kelas bahasa dan seninya dengan berpakaian seperti Bilqis, atau Ratu Sheba, yang muncul dalam teks-teks agama Yahudi, Kristen dan Islam. Instruktur Matematika Matar mengajar sebagai al-Khwarizmi (Abu Abdullah Muhammad bin Musa al-Khwarizmi), seorang matematikawan muslim, astronom, dan geografer yang dikenal sebagai “bapak aljabar”. Guru ilmu pengetahuan, Fatimah Jamaludin, mengambil karakter Avicenna (bnu Sina), seorang filsuf dan ilmuwan Persia yang dikenal karena kontribusinya mengenai obat-obatan yang juga menulis norma ilmu kedokteran yang digunakan selama beberapa abad di sekolah-sekolah medis di Eropa dan Asia.
Di kelas IPS, siswa diperkenalkan kepada Ibnu Battuta, seorang penjelajah Maroko yang hidup pada tahun 1300-an, melakukan perjalanan selama 30 tahun, dan keliling dunia. Perjalanannya termasuk perjalanan ke utara dan barat Afrika, selatan dan timur Eropa, Timur Tengah, Asia selatan, tengah dan tenggara, serta Cina.
“Orang ini pada dasarnya adalah Marco Polo Muslim dan mungkin belum pernah diketahui siswa sebelumnya,” kata Shadia Hasan, yang mengajar pelajaran sosial kelas dua sampai kelas delapan dan berpakaian seperti Battuta.
“Saya memakai jenggot ini untuk membantu siswa kami belajar tentang tokoh sejarah yang mungkin tidak pernah mereka kenal sebelumnya.”
Para orang tua siswa memuji upaya sekolah berbasis agama ini untuk mendorong para siswa menjadi gemar membaca. “Kami memasukkan program membaca selama sebulan sebagai cara untuk membentuk kebiasaan membaca siswa setiap hari,” kata Dr Seemi Waheed sebagai orang tua, anggota dewan sekolah dan praktisi keluarga lokal. (banan/arrahmah.com)