LONDON (Arrahmah.com) – Rencana terbaru untuk mendata siswa yang shalat secara teratur di sekolah Sydney telah memicu kritik tajam dari Muslim dan kelompok hak-hak sipil, dan mengatakan bahwa rencana terbaru itu terancam akan meminggirkan masyarakat Muslim serta mengingkari “zona aman” siswa untuk menginterogasi pandangan mereka.
“Kita tidak bisa berpaling dari kenyataan bahwa ini adalah nyata. Saya tidak akan mengatakan bahwa hal itu adalah lelucon, ternyata ada realitas itu. Tapi kita harus sangat bijaksana dalam mengatasinya. Kita tidak bisa menggeneralisasi dan menvonis setiap orang dengan cara yang sama,” kata Anggota Parlemen Lakemba, Jihad Dib, kepada The Guardian Australia, sebagaimana dilansir oleh onislam, (11/8/2015).
Masalah ini dimulai setelah sekolah umum New South Wales telah mengumumkan rencananya untuk mendata siswa yang shalat berjamaah saat istirahat sekolah.
Surat itu dikirim ke orang tua siswa sekolah menengah di Marsden yang mengutip “persyaratan pemerintah federal” bahwa daftar kehadiran itu diambil selama shalat berjamaah.
Rencana baru itu memicu kekhawatiran Muslim yang kemudian menghubungi pengacara dan komunitas advokat Lydia Shelly untuk mengekspresikan keprihatinan mereka tentang audit.
“Banyak orang tua yang khawatir bahwa anak-anak mereka sedang ditargetkan secara tidak adil berdasarkan agama mereka,” katanya.
“Mereka prihatin dengan adanya audit itu, yang akan mengumpulkan informasi dan yang akan memiliki akses ke sana.”
“Ada kekhawatiran bahwa informasi itu akan diberikan kepada polisi atau badan keamanan dan anak-anak mereka akan menjadi target pengawasan dari lembaga-lembaga ini,” tambahnya.
(ameera/arrahmah.com)