RAKHINE (Arrahmah.id) – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas meningkatnya konflik di Myanmar. Dia juga mengutuk serangan militer Myanmar yang tewaskan warga sipil.
“Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di seluruh Myanmar dan mengutuk keras serangan-serangan yang dilakukan oleh militer Myanmar baru-baru ini yang dilaporkan menewaskan sejumlah warga sipil, termasuk di Negara Bagian Rakhine dan Wilayah Sagaing,” ujar juru bicara Stephane Dujarric pada Kamis (6/6/2024) dalam sebuah pernyataan.
Guterres menekankan kebutuhan mendesak untuk melindungi semua masyarakat, mencatat pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung dan pengeboman udara tanpa pandang bulu.
“Mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban,” kata pernyataan tersebut, seperti dilansir Anadolu.
“Sekretaris Jenderal menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menahan diri secara maksimal, memprioritaskan perlindungan terhadap warga sipil sesuai dengan hukum humaniter internasional,” ungkap pernyataan tersebut.
Lebih lanjut, Guterres mendesak semua pihak untuk “mencegah hasutan lebih lanjut dari ketegangan dan kekerasan komunal.”
Guterres menyoroti implikasi regional dari situasi Myanmar yang memburuk dan menyerukan tanggapan internasional yang terpadu.
Ia mendesak dukungan bagi Utusan Khususnya, Julie Bishop, untuk membantu membangun proses inklusif yang dipimpin oleh Myanmar menuju perdamaian yang berkelanjutan, bekerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan negara-negara tetangga.
Mayoritas warga Rohingya melarikan diri dari penumpasan militer yang brutal di Negara Bagian Rakhine pada tahun 2017. Sebagian besar ditempatkan di kamp-kamp yang penuh sesak di Cox’s Bazar, Bangladesh, tetapi sejak akhir 2020, sekitar 35.000 orang telah direlokasi ke pulau Bhasan Char. (Rafa/arrahmah.id)