JAKARTA (Arrahmah.com) – Rencana dirilisnya film tentang Nabi Muhammad SAW yang memvisualisasikan sosol Rasulullah SAW dinilai oleh Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) sebagai pelecehan terhadap aqidah Umat Islam.
“Secara aqidah itu tidak benar, Bagi kita Ahlus Sunnah itu penistaan agama,” tegas Ustadz Bahctiar Nasir kepada arrahmah.com, Rabu Malam (20/2/2013)
Ustadz Bahtiar mengatakan ia mencoba melihat kerangka logika Kaum Syiah, mengapa bisa memvisualisasi Nabi, mungkin mereka menilai Imam-Imam mereka saja yang makhsum (terbebas dari dosa layaknya seorang nabi) bisa disaksikan, dilihat, dan didengar seperti manusia biasa, mengapa Nabi SAW pun tidak? “Barangkali seperti itu, cara berfikir mereka,” cetus Pembina Arrahman Quranic Learning Center (AQL) dibilangan Tebet Utara ini.
Sambungnya, jika pemerintah Iran tidak merespon kehadiran film tersebut dengan melakukan pelarangan dan mensensor, hal ini menujukkan kecerobohan dan kebodohoan.
“Bahkan, Jika masyarakat di Iran tidak mendemo film itu, ini menunjukkan juga betapa rusaknya aqidah mereka dalam hal nubuwwah,” pungkas Ustadz Bahtiar.
Seperti diberitakan, Syiah Iran berencana untuk merilis sebuah film tentang kehidupan Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam), mendapat penentangan dari para Ulama Islam.
Iran telah disibukkan dengan produksi film yang biayanya mencapai 30 juta dolar itu yang menggambarkan tentang kehidupan Rasululullah Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) sejak masih kecil hingga diangkat menjadi rasul.
Film itu berjudul “Muhammad (S)”, yang menceritakan tiga tahap kehidupan Nabi, yaitu saat masa kanak-kanak, setelah menerima wahyu dan menyebarkan Islam.
Para Ulama Islam yang tergabung dalam Organisasi Ulama Islam Internasional, yang berafiliasi pada Liga Muslim Dunia (MWL) memperingatkan bahwa penggambaran sosok Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) melanggar prinsip-prinsip Islam. Grand Mufti Al Azhar, Mesir, Syaikh Ahmad Thayib dan Yusuf Qardhawi menanggapi hal iini dengan keras. (bilal/arrahmah.com)