JAKARTA (Arrahmah.com) – Aksi segerombolan orang menamakan diri “Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI” yang menuntut pembubaran FPI karena dianggap pelaku kekerasan. Tidak bisa dianggap aspirasi masyarakat Indonesia, karena mereka yang melakukan aksi tidak lebih dari 43 orang saja.
Hal ini diungkapkan oleh Sekjen DPP Front Pembela Islam (FPI), di Markas Pusat FPI Jl. Petamburan 3, Jakarta, Rabu malam(15/2).
“Itu kegedean berkoar-koar. Impiannya terlalu besar,” kata Ustadz Shobri Lubis kepada arrahmah.com.
Ustadz Shobri menambahkan, rakyat Indonesia sendiri sudah mengerti tentang tujuan dan tindak tanduk FPI, yang dalam aktivitasnya melakukan pembelaan terhadap masyarakat lemah dan terzholimi, meskipun tidak terekspos.
“Kami berjuang untuk membela kaum yang lemah, dan untuk menegakkan syari’at Islam,” ujarnya.
Dia berpendapat, Gerombolan yang melakukan aksi penolakan FPI tersebut tidak lebih massa bayaran yang dibiayai oleh pihak asing dan untuk kepentingan asing.
“Mereka semata-mata untuk menyalurkan aspirasi orang asing saja,” lontar mubaligh ini.
Lanjutnya, opini yang dibangun dan digalakkan oleh untuk membubarkan FPI merupakan bukti kuat bahwa aksi tersebut bukan aspirasi dari masyarakat akan tetapi itu hanyalah perbuatan sekelompok orang tersebut yang didukung oleh media-media baik cetak ataupun elektronik yang dikuasai oleh asing pula.
“Jadi jelas itu hanya, ulah mereka yang didukung oleh media-media komprador asing,” beber Ustadz Shobri.
Beliau tidak begitu khawatir terhadap opini yang dikembangkan gerombolan tersebut kepada masyarakat. Karena menurutnya masyarakat malah menjadi semakin memahami media mana saja yang adil dalam membuat pemberitaan.
“Masyarakat semakin terang dan jelas, media-media mana saja, yang adil dan yang mengikuti kepentingan asing,” kata Ustadz Shobri. Yang menurutnya pula media-media di Indonesia mayoritas dikuasai oleh yahudi dan anti Islam.
Ketika ditanya, apakah FPI akan membuat aksi tandingan terhadap aksi yang menuntut pembubaran FPI, Ustadz Shobri Lubis menyatakan FPI tidak merisaukan aksi tersebut dan membuat aksi tandingan. Karena dalam pandangannya aksi tersebut memang sudah menjadi pekerjaan sebagian orang yang mencari penghidupan dari aksi tersebut.
“Kita tidak terlalu pusing mikirin aksi tandingan, karena kita tahu mereka dibekingi, mereka hanya operator lapangan yang mencari duit dari situ, mereka dapurnya ngebul kalau mereka menghina-hina Islam,” pungkasnya. (bilal/arrahmah.com)