GAZA (Arrahmah.id) – “Israel” telah membunuh sedikitnya 196 pekerja bantuan kemanusiaan di Gaza sejak Oktober, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menggambarkan wilayah Palestina yang terkepung sebagai “salah satu tempat paling berbahaya dan sulit di dunia untuk bekerja” sebagai pekerja bantuan kemanusiaan, juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah konferensi pers menegaskan kembali bahwa semua serangan terhadap pekerja kesehatan dan militerisasi rumah sakit tidak dapat diterima.
Ia menekankan bahwa rumah sakit harus dilindungi agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan nyawa yang mungkin mereka butuhkan, lansir Anadolu (2/4/2024).
Menegaskan kembali seruan mendesak PBB untuk segera melakukan gencatan senjata, Dujarric mengatakan bahwa Koordinator Kemanusiaan dan Rekonstruksi Senior PBB untuk Gaza, Sigrid Kaag, bertemu dengan para pekerja World Central Kitchen (WCK) di Gaza sehari sebelum mereka terbunuh dalam serangan udara “Israel”.
Ketika ditanya tentang pesan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengenai pembunuhan para pekerja bantuan, Dujarric mengatakan, “Pesannya adalah biarkan para pekerja kemanusiaan melakukan tugasnya. Mereka harus bisa melakukannya dengan aman.”
Dujarric mencatat bahwa “Israel” telah melakukan investigasi atas serangan “Israel” terhadap konvoi bantuan WCK dan PBB sedang menunggu hasilnya.
Dia juga menambahkan, banyak personel PBB telah terbunuh di wilayah tersebut, dengan beberapa di antaranya terbunuh di lokasi yang sebelumnya telah dikomunikasikan kepada pihak berwenang “Israel”.
Sebelumnya pada Selasa, World Central Kitchen mengatakan tujuh pekerja bantuan kemanusiaannya tewas dalam serangan udara “Israel” hari Senin di Jalur Gaza.
Tujuh pekerja kelompok yang berbasis di Amerika Serikat yang tewas pada Senin adalah warga negara Australia, Polandia, Inggris, dan Palestina, serta seorang warga negara ganda AS-Kanada.
Setelah serangan, kelompok itu mengatakan bahwa mereka menghentikan operasinya di wilayah tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)