IDLIB(Arrahmah.id) – Setidaknya tujuh warga sipil, termasuk seorang anak, dipastikan tewas dan 12 lainnya terluka setelah pesawat tempur Rusia melakukan beberapa serangan udara di Idlib di barat laut Suriah pada Kamis pagi (8/9/2022), menurut sumber lokal.
Serangan itu menargetkan sebuah kawasan penggergajian batu yang ramai dan sebuah rumah tinggal di pinggiran kota Hafsarja di pedesaan barat Idlib.
Abu Amin, salah seorang pengamat sipil yang melacak pergerakan pesawat tempur mengatakan kepada Middle East Eye bahwa empat pesawat tempur Rusia lepas landas dari Bandara Militer Hmeimim di distrik Lattakia. Pesawat tempur tersebut diidentifikasi sebagai dua Sukhoi-24, satu Sukhoi-34 dan Sukhoi-35. Mereka menargetkan dua daerah di Idlib barat dengan 16 serangan udara menggunakan rudal berdaya ledak tinggi dan rudal yang membawa bom curah.
“Serangan udara pertama terjadi di dekat kota Hafsarja pada pukul 10.58 pagi, diikuti oleh tujuh serangan udara lainnya di area yang sama,” kata Abu Amin.
Dia menambahkan bahwa serangan itu menyebabkan tewasnya tujuh warga sipil. Pesawat-pesawat tempur yang sama juga membom kota Ghafir di pedesaan barat Idlib dengan delapan serangan udara lainnya yang tidak menimbulkan korban, katanya.
Daerah yang ditargetkan sangat dekat dengan kamp pengungsi Suriah. Kamp itu mencakup sekitar 15 tenda, dan keluarga yang tinggal di tenda-tenda itu dievakuasi setelah serangan udara pertama, menurut Abu Khaled, seorang penduduk kamp, yang mengungsi dari kota Quneitra.
“Setelah keluar dari kamp, kami bergegas ke lokasi yang menjadi sasaran serangan udara pertama, daerah itu penuh debu dan pesawat tempur masih terbang di udara,” katanya kepada MEE.
“Ketika kami tiba di lokasi, kami menemukan dua mayat, seorang pria dan anaknya, dengan cepat kami mengevakuasi mayat mereka karena takut akan serangan udara berulang, seperti yang biasa dilakukan oleh rezim dan Rusia.”
Organisasi pertahanan sipil White Helmets, mengumumkan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat karena luka berat dialami beberapa warga sipil yang ditarik keluar dari bawah puing-puing penggergajian dan rumah yang hancur.
“Kami menghadapi kesulitan ketika mengevakuasi para korban karena kendaraan kami terus dipantau oleh pesawat pengintai dan pesawat tempur kembali menyerang,” kata Ubadah al-Zikra, komandan sektor White Helmets.
Zikra mengatakan kepada MEE bahwa serangan udara berulang di area yang sama adalah upaya untuk menimbulkan korban sebanyak mungkin di antara pekerja di penggergajian kayu dan tim pertahanan sipil.
Dua hari lalu, pasukan rezim menargetkan kota-kota dan desa-desa di daerah Jabal Al-Zawiya, selatan Idlib dengan rudal dan berhasil melukai seorang wanita.
Pesawat-pesawat tempur Rusia secara rutin melanggar perjanjian de-eskalasi di Idlib, benteng oposisi bersenjata terakhir di negara itu. Pada akhir Juli lalu, Rusia melancarkan serangan udara yang menewaskan beberapa warga sipil, kebanyakan dari mereka anak-anak, di kota Al-Jadida di pedesaan Idlib barat.
Seperti yang telah diketahui, Rusia adalah pendukung rezim Bashar Asad, presiden bengis yang terus melancarkan serangan mematikan terhadap mereka yang melakukan perlawanan.
Perlawanan berubah menjadi konflik berdarah yang sejauh ini telah menyebabkan kematian hampir setengah juta orang dan perpindahan setengah populasi. (ZarahAmala/arrahmah.id)