WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pejabat senior pemerintah dan militer AS telah diduga muncul dan mendagangkan strategi militer baru Barack Obama di Afghanistan sebelum sidang Senat komite layanan bersenjata memberikan kata ‘sah’.
Sidang Senat yang diselenggarakan pada Rabu (2/12) mengikuti pidato Obama di hadapan taruna angkatan laut di West Point, New York, bahwa 30.000 tentara tambahan akan dikerahkan ke Afghanistan dalam enam bulan.
John McCain, rival politik Obama pada ajang pemilihan presiden tahun 2008 dari kubu Republik, mengatakan dia mendukung rencana presiden tetapi tidak menyepakati pernyataan sewenang-wenang Obama mengenai tanggal awal penarikan pasukan, yang menurutnya akan menjadi kabar gembira bagi musuh-musuhnya (mujahidin).
McCain mengatakan Amerika harus tahu kenapa memenangkan perang Afghanistan sangat penting bagi ‘keamanan AS’. Ia pun berjanji untuk terlibat banyak dalam memastikan kemenangan perang, bukan hanya mengakhirinya.
‘Episentrum Jihadisme’
Robert Gates, menteri pertahanan AS, kembali menegaskan tujuan AS adalah untuk al-Qaidah.
“Memang benar mereka [al-Qaidah] melakukan penyerangan di berbagai lokasi, tetapi apa yang membuat Afghanistan dan Pakistan unik adalah bahwa wilayah ini mewakili episentrum jihad ekstremisme dunia,” bual Gates.
Dia menambahkan bahwa kegagalan dalam mengalahkan al-Qaidah akan berdampak berat bagi AS dan dunia.
Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, tidak mau kalah. Clinton mengatakan bahwa al-Qaidah dan Taliban dapat menjadikan kawasan manapun terjebak ke dalam kekacauan.
“Situasi ini serius dan memburuk. Itu adalah tanggung jawab saya pribadi untuk membantu bangsa kita dari kekerasan semacam itu,” Clinton pun membual.
“Taliban memperoleh momentumnya di Afghanistan dan sebuah negara ekstremis tengah tumbuh di Pakistan … Kami akan bekerja sama dengan Afghanistan dan Pakistan untuk membumihanguskan tempat persembunyian mereka.”
Clinton mengatakan hubungan jangka panjang dan berkelanjutan dengan kedua negara akan menjadi penting dalam mencapai tujuan AS dan menurutnya, lebih banyak tentara dan lebih banyak bantuan bagi Afghanistan dan Pakistan merupakan sebuah kebutuhan.
Tapi Clinton menepis anggapan rakyatnya sendiri juga masyarakat internasional atas keseriusan kondisi Afghanistan yang akan berdampak negarif bagi militer dan administrasi AS.
Laksamana Mike Mullen, pejaba tertinggi militer AS, mengatakan pendekatan baru AS atas masalah ‘terorisme’, terutama di Afghanistan dan Pakistan, perlu sumber daya dan dukungan. Dia menyebut Taliban sebagai “episentrum ekstremisme Islam global”.
Upaya-upaya para pejabat kunci AS ini disinyalir muncul karena kekhawatiran kubu Demokrat bahwa misi perang Afghanistan ini tidak akan laku dan tidak akan mendapatkan ‘ACC’ Kongres.
Kekhawatiran lain yang muncul dalam Kongres adalah permasalahan biaya. Obama telah merencanakan sendiri anggaran $30 miliar untuk perang, termasuk jadwal penarikan mundur pasukannya. Banyak legislator, terutama dari kubu Republik, yang tidak bisa menerima keputusan 2011 sebagai tahun awal penarikan mundur pasukan. Alasannya adalah skeptisisme mereka terhadap kinerja Hamid Karzai, sang presiden yang terpilih dalam proses pemilihan terburuk sepanjang sejarah.
Untuk meyakinkannya, Clinton angkat bicara. Ia mengatakan bahwa korupsi tetap menjadi perhatian administrasi Obama.
Penambahan sekitar 32.000 personil tambahan AS ini rencananya akan diikuti dengan penambahan dari sekutu-sekutu NATO lainnya yang diperkirakan akan mencapai angka 5.000 pasukan.
Anders Fogh Rasmussen, sekretaris jenderal NATO, mengatakan: “Berdasarkan pada apa yang kita ketahui tentang situasi keamanan di berbagai daerah di Afghanistan, saya menemukan realitas bahwa kita bisa menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan di 10-15 daerah dan distrik pada militer Afghanistan tahun depan. ”
Reaksi Beragam
Sementara itu, para pejabat Afghanistan, para analis Pakistan, serta Taliban menggaungkan reaksi beragam terhadap rencana Obama.
Ahmad Shah Ahmadzai, mantan perdana menteri Afghanistan, menyatakan kekecewaannya dengan pidato Obama dan strategi.
“Mengirim lebih banyak pasuan bukanlah solusi untuk krisis Afghanistan,” katanya.
“Saya berharap Obama mengumumkan penarikan 30.000 pasukan dalam waktu dua bulan, tetapi sayangnya, dia memutuskan sebaliknya yang justru akan semakin meningkatkan pembunuhan terhadap pihak Amerika dan Afghanistan.”
Sedangkan mujahidin sendiri, melalui pernyataan yang disampaikan dalam beberapa situs dan dikirim melalui surat elektronik ke beberapa media mengatakan bahwa mujahidin justru menyambut gembira keputusan Obama untuk mengirim lebih banyak tentara Amerika Serikat.
“Lebih banyak pasukan hanya akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk terbunuh … dengan meningkatkan pasukan mereka di Afghanistan, Obama hanya memberikan peluang dan kekuasaan yang lebih besar bagi para mujahidin untuk memperoleh pengaruh dan dukungan rakyat.”
Beberapa ahli militer menuturkan gagasan penarikan mundur pasukan AS yang tergesa-gesa sangat tidak realistis. Mereka mendesak agar pasukan AS berada di Afghanistan lebih lama karena waktu yang dibutuhkan oleh militer Afghan untuk akhirnya dapat membela diri pun tidak sebentar.
Pidato Obama itupun berisi desakan untuk memperkuat kemitraan dengan Pakistan agar Pakistan membantu menumpas pemberontakan di Afghanistan.
Namun perintah implisit Obama ini disambut kekhawatiran dari Pakistan.
“Sejauh ini, yang menyangkut Pakistan, Obama menawarkan kemitraan, bantuan dan lebih banyak dukungan,” Ahmed Rashid, seorang wartawan dan penulis Pakistan mengatakan pada Rabu (2/12).
“Tapi sekali lagi, militer Pakistan harus membuat keputusan dengan sangat hati-hati, apakah akan membantu Amerika ataukah merangkul Taliban ke meja perundingan.”
Pakistan pun takut bahwa dengan pengiriman pasukan tambahan AS ke Afghanistan akan membuat Taliban melarikan diri ke daerah perbatasan, khususnya di barat daya provinsi Baluchistan di mana pemerintah Pakistan mengklaim sudah susah payah berjuang untuk mengakhiri pemberontakan tingkat rendah para mujahidin. (althaf/alj/arrahmah.com)