MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Apa yang disebut pasukan ‘keamanan’ dari jajaran polisi, Hluntin (polisi anti huru-hara) dan Nasaka (pasukan keamanan perbatasan) mulai menangkapi kembali warga Rohingya di kota Maungdaw pada Sabtu (16/6/2012). Pasukan ‘keamanan’ itu masih berkomplot dengan etnis Buddha Rakhine (Arakan) ketika mereka menerobos ke desa-desa Muslim Rohingya di Maungdaw.
Kaladan News menyebutkan sejumlah Muslim yang ditangkap diantaranya, Yunus (ketua Asosiasi Pengembangan Regional bersama dua lainnya yang belum diketahui namanya, Kaseim (putera dari Rahim Ullah), Berahaman (putera dar Hussein), Molana Islam, Anis Ullah (putera dari Molana Rashid), Ahmad Rafiques (putera dari Syed Islam), satu lagi dari Bangsal 4 dan satu lagi dari Padaung, ditangkap oleh Nasaka dan polisi ketika mereka sedang memancing di sungai kecil di desa Sawmawna para karena mereka tidak memiliki makanan untuk memberi makan keluarga mereka.
Selain mereka, Dildar (putera Ano Meah), Salim Islam (putera Abdul Goni), Nurul Islam, Nur Muhammad (putera Amin Ullah) juga ditangkap oleh Nasaka dari desa Thayair Gonetan (Konena para), serta Jami (putera Musawddin) dan Muhammad Ali dari kota Maungdaw. Mereka semua ditangkap tanpa alasan dan tidak diketahui dibawa dan ditahan dimana.
Pembakaran dan penjarahan rumah
Pembakaran dan penjarahan rumah-rumah warga Rohingya masih saja terjadi, pasukan ‘keamanan’ membakar rumah di desa Thayai Gonetan pada Sabtu (16/6). Tak hanya itu, mereka juga menjarah harta benda Muslim Rohingya sebelum membakar rumah-rumah.
Setelah itu, para pemukim baru (Natala) dan etnis Buddha Rakhine juga menggiring sapi-sapi dari ladang rumput di desa Sammawna para, Myothu Gyi dan Nyaung Chaung.
Hingga kini, pemerintah lokal tetap diam mendukung kekerasan terus terjadi terhadap Muslim Rohingya di Arakan. Sementara orang laki-laki di desa-desa Muslim terus ditangkap, sehingga banyak tempat tinggal hanya tersisa kaum perempuan yang kosong dari penjagaan laki-laki. (siraaj/arrahmah.com)