JAKARTA (Arrahmah.com) – Sejumlah media pro-Syiah dan pendukung rezim Bashar Asad di Indonesia dinilai telah melakukan fitnah kepada lembaga-lembaga kemanusiaan untuk membantu warga Suriah.
“Banyak pertanyaan sehubungan dengan beredarnya fitnah yang dialamatkan kepada Indonesian Humanitarian Relief (IHR) Foundation, seolah bantuan kemanusiaan masyarakat Indonesia tidak sampai ke rakyat Suriah,” demikian disampaikan Direktur IHR, Mathori, sebagaimana dikutip Islamic News Agency (INA), Senin (26/12/2016).
Menurut Mathori, melihat polanya, arus fitnah ini tampaknya bukan barang baru. Upaya propaganda serupa sudah lama dilakukan melalui akun-akun Facebook dan laman situs yang diduga berafiliasi pada sebuah ideologi tertentu dan pendukung Rezim Bashar Asad yang menurut PBB telah melakukan kejahatan kemanusiaan.
“Caranya hampir sama, membuat fitnah yang dilakukan dengan berbagai pola, salah satunya adalah membunuh karakter NGO-NGO kemanusiaan yang selama ini bersama-sama ormas Islam, ulama, dan aktivis kemanusiaan menggalang semangat berbagi membantu rakyat Suriah, termasuk Aleppo,” ujar Mathori.
Mathori membantah bantuan yang disalurkan IHR tidak sampai ke warga Suriah. Pihak-pihak yang melakukan propaganda dinilai sengaja “menggoreng” berita yang belum terkonfirmasi kebenaran dan faktanya, selain hanya menyandarkan kepada satu potongan berita, tanpa mau melihat informasi secara utuh. Selain itu, bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah saat ini bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan internasional yang sangat kredibel, IHH.
“Jelas tuduhan fitnah dan tidak benar. İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı (IHH) adalah organisasi lembaga kemanusiaan internasional yang telah diakui oleh PBB dan dalam beberapa aktivitas kemanusiaan ditunjuk secara resmi oleh PBB. Dalam kiprahnya, IHH pernah menjadi inisiator konvoy kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia.”
Meski demikian, di lapangan semua kemungkinan bisa terjadi, apalagi dalam suasana perang dan konflik. Mathori membuat logika sederhana, jika ada bantuan dari lembaga kemanusiaan ke Rohingya tidak sampai dan jatuh ke tangah militer Myanmar, bukan berarti NGO tersebut membantu militer atau bantuan tidak sampai ke tangan pengungsi. Apalagi dalam suasana perang, ada banyak faktor terjadi di lapangan.
“Jika ada bantuan ke Rohingya disita militer Myanmar, apa lantas disebut mendukung pihak militer?” ujarnya.
Mathori paham yang dimaksud para pemfitnah, yang menurutnya, menggunakan bahasa yang sangat jelas pro-rezim keji, Bashar Asad, agar ummat Islam di Indonesia tak menggalang dana untuk rakyat Suriah.
Meski demikian, ia mengatakan, kewajiban semua kaum Muslimin membantu saudaranya di dunia yang sedang menderita dan pengalami penindasan di seluruh dunia. Termasuk di Rohingya, Palestina hingga Suriah.
“Kami menilai tudingan ini adalah bagian dari upaya melemahkan semangat kemanusiaan masyarakat Indonesia untuk membantu sesama saudaranya di Suriah.”
Sebagaimana diketahui, rezim Bashar Asad yang merupakan pelanjut ayahnya, Hafed Asad berkuasa di Suriah dengan jalan kudeta berdarah, telah bertahan lebih 40 tahun di tampuk kekuasaan sehingga menjadikan banyak warganya tertindas.
Usaha warganya meminta perubahan sejak 2011 lalu, dihadapi dengan serangan kepada rakyatnya sendiri hingga saat ini yang menurut PBB telah menelan lebih 470 ribu jiwa. Sementara 4 juta warga terusir dan menjadi pengungsi.
Belakangan, Suriah yang masuk wilayah Bumi Syam makin hancur dan menderita ketika masuknya Rusia dan keterlibatan Iran yang ingin memperluas ideologi Syiah di kawasan Timur Tengah. Terakhir adalah hancur dan terusirnya Aleppo oleh bom yang dijatuhkan Rusia untuk membantu rezim Asad dan milisi Syiah dukungan Iran. (haninmazaya/arrahmah.com)