KHYBER PAKHTUNKHWA (Arrahmah.id) – Sejumlah pria bersenjata telah menyerbu sebuah sekolah di barat laut Pakistan yang tengah bergejolak, menewaskan beberapa guru dan menembak mati guru lain dari sekolah tersebut dalam serangan terpisah, menurut pejabat.
Di Kurram, sebuah distrik di barat laut provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan dengan Afghanistan, sekelompok pria bersenjata pada Kamis (4/5/2023) menyerbu sebuah sekolah negeri tempat para siswa mengikuti ujian.
Associated Press melaporkan bahwa tujuh guru yang tewas adalah anggota komunitas Syiah Pakistan.
Guru lain dari sekolah yang sama, seorang Muslim Sunni, ditembak mati di jalan dalam serangan terpisah pada hari sebelumnya di Kurram, menurut pejabat polisi setempat Abbas Ali.
Tidak ada yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Ali mengatakan tidak jelas apakah itu terkait.
“Kami melihat ke semua aspek, dan sejauh ini kami tidak tahu siapa yang membunuh para guru itu,” katanya. Perdana menteri mengutuk serangan terhadap para guru dan memerintahkan penyelidikan atas pembunuhan tersebut.
Kamal Hyder dari Al Jazeera, melaporkan dari Islamabad, mengatakan “insiden mengerikan” terjadi di daerah yang mengalami konflik di masa lalu antara Syiah dan Sunni.
“Sebagian besar guru yang terbunuh adalah suku Turi Syiah,” kata Hyder.
Distrik suku itu berpenduduk mayoritas Syiah yang sering diserang oleh kelompok bersenjata sebagai bagian dari gerakan lokal Taliban.
“Serangan khusus ini menargetkan para guru saat mereka berada di ruang guru… Mereka berada di sana untuk menyelenggarakan ujian yang sedang berlangsung di seluruh provinsi untuk sekolah menengah pertama,” katanya.
Keadaan tetap “misterius”, karena tidak banyak orang yang dapat melihat apa yang telah terjadi, berapa banyak penyerang yang terlibat, atau apa motif mereka, kata Hyder.
Abid Hussaini, seorang pejabat polisi setempat, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pihak berwenang telah memindahkan tujuh mayat dari sekolah ke rumah sakit, tetapi mereka tidak dapat berspekulasi tentang apa yang ada di balik pembunuhan tersebut.
“Kami telah memulai penyelidikan, tetapi kami belum yakin tentang alasan serangan itu. Kami akan berada di posisi yang lebih baik untuk membicarakannya nanti,” katanya.
Sebuah pernyataan dari kantor kepala menteri provinsi mengatakan insiden itu melibatkan sengketa properti, tetapi komisaris daerah mengatakan antagonisme sektarian tampaknya menjadi penyebabnya.
“Tidak jelas apakah insiden kedua merupakan reaksi terhadap yang pertama,” kata komisaris, Saiful Islam, kepada kantor berita Reuters, menambahkan keamanan telah ditingkatkan di daerah yang tengah bergolak itu.
Menyusul insiden tersebut, pemerintah setempat mengumumkan penundaan ujian yang sedang berlangsung di sekolah-sekolah setempat hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sementara itu, kecaman mengalir dari pejabat pemerintah setelah serangan itu.
Menteri Luar Negeri Bilawal Bhutto Zardari, yang saat ini berada di India untuk menghadiri KTT Para Menteri Luar Negeri Shanghai Cooperation Organization (SCO), menyatakan kesedihannya dan menuntut penangkapan para pelaku.
Dalam pesannya, Bhutto Zardari mengatakan bahwa pemerintah “harus segera mengusut kejadian tersebut, menginformasikan kepada masyarakat tentang faktanya”.
“Insiden seperti itu tidak dapat ditoleransi. Pencegahan kejadian seperti itu harus dipastikan di masa depan,” tambahnya dalam keterangannya.
Presiden Pakistan Arif Alvi juga mengutuk serangan itu dalam sebuah pesan di Twitter, berkabung atas pembunuhan “guru yang sedang bertugas”.
“Serangan terhadap guru oleh musuh pengetahuan adalah terkutuk,” katanya dalam sebuah tweet dalam bahasa Urdu. (zarahamala/arrahmah.id)