AMMAN (Arrahmah.id) – Sejumlah aktivis, jurnalis, dan pengacara di Yordania telah diretas perangkat ponsel mereka menggunakan spyware “Israel” yang terkenal, Pegasus, yang tampaknya menjadi sasaran terbaru terhadap aktivis hak asasi manusia dan politik di negara tersebut.
Menurut investigasi yang dilakukan oleh Access Now dan Citizen Lab, penyerang atau pihak berwenang yang tidak dikenal menggunakan spyware untuk menargetkan perangkat milik 35 anggota masyarakat sipil Yordania yang terlibat dalam membela kebebasan sipil dan politik, aktivis hak asasi manusia, dan jurnalis yang meliput berita yang berfokus pada korupsi.
Orang-orang tersebut termasuk dua anggota Human Rights Watch (HRW) di Yordania, seorang pengacara, dan dua jurnalis dari Organisasi untuk Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP). Dan lima anggota Forum Nasional untuk Pertahanan Kebebasan – sebuah badan hukum Yordania yang memberikan perwakilan pro-bono kepada para aktivis, tahanan politik, dan warga negara lainnya.
Meskipun beberapa korban menjadi sasaran melalui teknik umum skema rekayasa sosial yang canggih, di mana peretas menyamar sebagai tokoh – dalam hal ini jurnalis terkenal – agar target mengeklik tautan yang berisi spyware, korban lainnya diretas dengan serangan “zero-click” (tanpa klik)”, yang dapat menginfeksi ponsel tanpa pengguna mengklik tautan apa pun.
Spyware Pegasus, yang dibuat oleh perusahaan “Israel”, NSO Group, memungkinkan penggunanya mengakses semua konten ponsel dan perangkat target. Banyak pemerintah dan aktor negara – terutama di negara-negara Teluk dan Timur Tengah – telah membeli spyware selama bertahun-tahun dan menggunakannya terhadap target dalam dan luar negeri dalam upaya membungkam perbedaan pendapat.
“Kami yakin ini hanyalah puncak gunung es terkait penggunaan spyware Pegasus di Yordania dan jumlah korban sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi,” kata laporan Access Now.
Pelaku peretasan belum teridentifikasi, sehingga sering kali sulit untuk ditentukan, meskipun telah dilakukan analisis terhadap perangkat yang terinfeksi. Namun, ada dugaan bahwa pihak berwenang dan dinas keamanan Yordania bertanggung jawab atas operasi penargetan ini karena meningkatnya tindakan keras mereka terhadap perbedaan pendapat serta aktivisme politik dan hak asasi manusia dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan tersebut meminta Amman untuk memastikan “penyelidikan yang cepat, tidak memihak dan independen terhadap tuduhan peretasan”, untuk berhenti mengintimidasi dan mengawasi anggota masyarakat sipil, serta untuk menjunjung tinggi kewajiban konstitusional dan hak asasi manusia berdasarkan hukum internasional untuk melindungi kebebasan berekspresi di negara tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)