GAZA (Arrahmah.id) — Ratusan orang berpartisipasi dalam protes anti-Hamas terbesar di Gaza sejak perang dengan Israel dimulai. Mereka turun ke jalan menuntut agar kelompok perlawanan Palestina tersebut mundur dari kekuasaan seperti yang dimaui kelompok fatah dan Otoritas Palestina.
Dilansir The Guardian (25/3/2025), dari video yang banyak dibagikan di media sosial, oleh aktivis yang biasanya kritis terhadap Hamas, menunjukkan para pemuda berbaris di jalan-jalan Beit Lahia, Gaza utara, pada hari Selasa (24/3), meneriakkan, “Keluar, keluar, keluar, Hamas keluar.”
Protes di Gaza utara ini terjadi sehari setelah kelompok Jihad Islam menembakkan roket ke Israel, yang kemudian mendorong keputusan Israel untuk mengevakuasi sebagian besar wilayah Beit Lahia. Keputusan itu memicu kemarahan publik di daerah tersebut.
Israel melanjutkan kampanye militernya di Gaza setelah hampir dua bulan gencatan senjata, dengan menuduh Hamas menolak proposal baru dari Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang gencatan senjata. Sebaliknya, Hamas menuduh Israel meninggalkan kesepakatan awal yang telah disetujui pada Januari.
Sejak operasi militer Israel dimulai kembali dengan serangan udara pada 18 Maret, ratusan warga Palestina telah tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Salah satu demonstran, warga Beit Lahia bernama Mohammed Diab, kehilangan rumahnya akibat perang dan kehilangan saudara laki-lakinya dalam serangan udara Israel setahun yang lalu.
“Kami menolak mati demi siapa pun, demi agenda partai mana pun, atau demi kepentingan negara asing,” katanya.
“Hamas harus mundur dan mendengarkan suara mereka yang berduka, suara yang bangkit dari balik puing-puing—itulah suara yang paling jujur.”
Rekaman dari kota itu juga menunjukkan para demonstran meneriakkan, “Turunkan pemerintahan Hamas, turunkan pemerintahan Ikhwanul Muslimin.”
Hamas menjadi penguasa tunggal di Gaza sejak 2007, setelah memenangkan pemilu Palestina setahun sebelumnya dan kemudian menggulingkan rivalnya dengan kekerasan.
Kritik terbuka terhadap Hamas semakin meningkat di Gaza sejak perang dimulai, baik di jalanan maupun di media sosial. Namun, masih banyak pendukung setia, dan sulit untuk mengukur sejauh mana dukungan terhadap Hamas telah berubah.
Penolakan terhadap Hamas sebenarnya telah ada jauh sebelum perang, tetapi sebagian besar tersembunyi karena takut akan pembalasan.
Mohammed Al-Najjar, warga Gaza, menulis di Facebook: “Maaf, tapi sebenarnya apa yang sedang Hamas pertaruhkan? Mereka mempertaruhkan darah kami, darah yang oleh seluruh dunia hanya dianggap sebagai angka.”
“Bahkan Hamas sendiri hanya menghitung kami sebagai angka. Mundurlah dan biarkan kami mengurus luka-luka kami.” (hanoum/arrahmah.id)