BANDUNG (Arrahmah.com) – Berbagai penindasan yang menimpa warga Muslim Rohingya di Birma sejak tahun 1942 hingga kini telah memanggil intelektualitas mahasiswa. Selasa (19/5) Mahasiswa UPI Care yang dikoordinir oleh Kajian Islam Mahasiswa (KALAM) UPI mengadakan Kajian Kritis “Menjawab Panggilan Muslim Rohingya” di Gd. Geugeut Winda UPI Lt.1. Kajian ini diadakan sebagai pengantar penggalangan dana yang akan digalang pada Rabu-Jumat, 20-22 Mei 2015.
Hadir sebagai pembicara Chandra Purna Irawan, Ceo Syaria Law Institute. Chandra menguraikan sejarah Muslim Rohingya yang tinggal di Arakan sejak tahun 877 M ketika Islam masuk ke seluruh Burma pada Masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Ada banyak bukti yang mengatakan bahwa warga Muslim Rohingya adalah penduduk asli Burma yang tinggal di Arakan, mulai dari koin yang dijadikan mata uang, bangunan masjid dan beberapa artefak lainnya.
Namun, pada 1824 Inggris yang bersekutu dengan Kerajaan Budha datang dan menjajah Burma. Kemudian, pada 1982 terjadi penghapusan kebangsaan kaum muslimin. Sebelumnya diawali dengan pembantaian kaum muslimin lebih dari 100 ribu muslim pada 1942. Parahnya, penindasan ini masih belum selesai hingga kini.
Warga Rohingya masih mencari tempat yang aman untuk ditempati. Negara di Asia Tenggara selama bertahun-tahun telah mengabaikan warga Rohingya yang berjumlah sekitar 1,3 juta jiwa. Bahkan ketika perahu-perahu yang ditumpangi oleh Muslim Rohingya itu mendarat di Malaysia dan Thailand, pemerintah setempat justru menolak.
Kemudian, pada jumat (15/5) lebih dari 700 warga Rohingya tiba di pelabuhan Langsa, Aceh. Awalnya Panglima TNI Jenderal Moeldoko menolak kedatangan warga Rohingya ke Indonesia. Mereka sempat menghalau beberapa kapal yang berisi ratusan warga Rohingya. Kemudian setelah melihat kapal mereka tenggelam di lepas pantai Propinsi Aceh, enam kapal nelayan menyelamatkan mereka.
“Kasus Muslim Rohingya ini telah terjadi begitu lama. Penindasan ini terjadi ketika umat Islam yang tadinya bersatu terpecah belah tanpa ada seorang pemimpin,” jelasnya, lansir Kalamedia.
Pembicara menegaskan bahwa isu ini bukan hanya sebatas isu kemanusiaan. Karena tidak mungkin isu kemanusiaan berlangsung begitu lama. Namun, sebagai solusi sementara, penggalangan dana adalah hal yang bisa dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi warga Rohingya yang terdampar di Aceh.
Peserta begitu antusias, terbukti dengan banyaknya peserta yang melontarkan pertanyaan kepada pembicara. Bahkan waktu diskusi dilanjutkan setelah bada magrib hingga Isya.
Mahasiswa UPI Care ini gabungan dari Kalam,LDK UKDM, Tutorial PAI, Al Qolam, UPTQ, BAQI, Sciemics, KSR, UKSK, HIPMI,dan Hima Jurusan Kimia, Fisika, Matematika, Teknik Mesin, PGSD Penjas, Ilmu Kepelatihan Olah Raga, Bahasa Indonesia, IPAI, MIK, BK, Penddidikan Akuntansi, Bahasa Jepang dan Ilmu Komputer. (azmuttaqin/arrahmah.com)