MOSCOW (Arrahmah.com) – Kepala Badan Kerjasama Militer dan Teknologi Rusia, Michael Dimitriv, menyatakan pada hari Rabu (2/11/2011) bahwa Rusia mulai melaksanakan kesepakatan penjualan sistem rudal anti kapal Bastion berikut rudal jelajah supersonik SS-N-26 Yakhont dengan pemerintah Suriah.
Sebelumnya Rusia mengumumkan menghormati kontrak pembelian sistem rudal anti kapal Bastion berikut rudal jelajah supersonik SS-N-26 Yakhont ke Suriah, meskipun ditentang Israel dan Amerika Serikat. Kontrak ditandatangani oleh Moskow dan Damaskus pada 2007.
Rudal anti kapal SS-N-26 Yakhont merupakan rudal canggih keluaran terbaru parbik senjata Rusia. Keistimewaannya adalah jangkauan tembaknya mencapai jarak 300 Km, kecepatannya melebihi kecepatan suara yaitu maksimal 2 sampai 2,5 Mach, mampu membawa hulu ledak seberat 200 Kg, dan pada tahap terakhir sebelum menghantam sasaran ia bisa terbang hanya 5 meter di atas permukaan air laut, sehingga sulit dideteksi dan disergap oleh lawan. Rudal canggih ini bisa diluncurkan dari bawah air (kapal selam), kapal permukaan, dan dari daratan.
Dimitriv mengungkapkan bahwa nilai ekspor sistem rudal SS-N-26 Yakhont ke Suriah mencapai 10 miliar dolar pada tahun 2010 dan 11,7 miliar dolar pada tahun 2011 ini. Pelaksanaan ekspor persenjataan berat Rusia ke Suriah bertepatan dengan tindakan biadab rezim Suriah yang menewaskan lebih dari 4000 demonstran muslim sunni yang menuntut pengunduran diri taghut Nushairiyah, Bashir Asad.
Bersama negara Syi’ah Imamiyah Iran, Rusia dikenal sebagai sedikit negara yang memberikan dukungan politik, ekonomi, dan militer kepada rezim Suriah. Berkali-kali Rusia menggunakan hak veto-nya untuk mencegah resolusi DK PBB terhadap kebiadaban rezim Suriah. Rusia bahkan mengancam tidak akan membiarkan skenario Libya terulang di Suriah. Sudah menjadi sunatullah, negara kafir komunis Rusia dan Syiah Imamiyah Iran bahu-membahu dengan rezim kafir Nushairiyah Suriah dalam memerangi muslim ahlus sunnah.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)