MINAHASA (Arrahmah.com) – Sejumlah orang yang mengenakan ikat kepala merah masuk ke dalam mushalla yang berada di Perum Agape, Kelurahan Tumaluntung, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dan merusak barang-barang yang ada didalamnya.
Peristiwa perusakan itu terjadi pada Rabu (29/1/2020). Di antara pelaku perusakan ada yang mengacungkan senjata tajam di dalam musala sambil melakukan perusakan.
Saat aksi perusakan dilakukan, terlihat spanduk besar yang dipasang di depan musala. Spanduk itu berisi penolakan terhadap tempat ibadah umat Muslim di lokasi itu.
Meski sudah ditenangkan, aksi perusakan terus dilakukan oleh orang-orang yang mengenakan ikat kepala merah itu.
Akibat peristiwa ini, sejumlah jamaah Muslim yang akan melaksanakan salat akhirnya keluar musaalah. Mereka yang baru datang juga buru-buru pulang karena melihat aksi perusakan ini.
Rekaman video yang menunjukkan aksi perusakan tempat ibadah Muslim ini sudah terlanjur menyebar luas di media sosial dan menuai kecaman.
Ketua MUI Provinsi Gorontalo Abdurrahman Abubakar Bahmid menyayangkan aksi massa tersebut, dan minta aparat penegak hukum mengusut tuntas kasus perusakan ini.
ia menegaskan, perusakan tempat ibadah merupakan masalah serius yang akan memprovokasi umat dan bisa memicu kerusuhan SARA.
“Usut tuntas, tangkap dan hukum pelaku serta aktor intelektual aksi ini,” ucapnya, sebagaimana dilansir VIVA.
Ormas Islam di Sulawesi Selatan turut mengecam aksi perusakan nyerangan tempat ibadah Muslim ini.
Sejumlah aktivis di Kota Makassar langsung bereaksi dan melakukan pertemuan untuk membahas persoalan itu.
Ketua Forum Ummat Islam Bersatu Sulawesi Selatan (FUIB Sulsel), Muchtar Daeng Lau, meminta kepolisian agar segera mengusut dan menangkap para pelaku penyerangan.
“Tindakan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Pelaku harus segera ditangkap. Jika ada aktornya, harus diberikan hukuman yang berat,” ujarnya, Kamis (30/1).
Menurut Muchtar, tindakan itu sangat berbahaya apabila tidak segera ditangani aparat dengan baik, sebab dapat mimicu konflik yang berujung kepada SARA.
(ameera/arrahmah.com)