BEITA (Arrahmah.id) – Pasukan “Israel” melukai sedikitnya 216 warga selama protes di desa Beita, Tepi Barat yang diduduki, sebelah timur Nablus, 22 orang terluka oleh peluru karet dan lebih dari 118 orang sesak napas dengan gas air mata, kata Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah pernyataan, Selasa (11/4/2023).
Penduduk desa Beita memprotes serangan terhadap tanah mereka di Gunung Sabih oleh ratusan pemukim “Israel” yang didampingi oleh beberapa politisi “Israel”, termasuk Menteri Keamanan “Israel” Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Warga Beita telah memprotes pos pemukim ilegal di Gunung Sabih sejak pertengahan 2021. Konfrontasi pekanan dengan pasukan “Israel”, termasuk “gangguan malam”, seperti ban yang terbakar dan suara keras di dekat pos terdepan ilegal telah menjadi karakteristik protes Beita. Delapan orang Palestina terbunuh dan ratusan lainnya dilukai oleh pasukan “Israel” selama periode itu.
Akibatnya, pemerintah “Israel” mengevakuasi pemukim dari pos terdepan pada Juli 2021 tetapi masih mempertahankan pos terdepan dan strukturnya untuk digunakan sebagai sekolah, menurut kesepakatan antara pemerintah dan para pemukim.
Namun, pemukim “Israel” telah berusaha untuk kembali secara paksa sejak saat itu. Pada gilirannya, warga Beita terus memprotes dan menuntut penghapusan total pos terdepan ilegal itu.
“Ada banyak tembakan peluru karet saat ini, dan ada gas air mata di mana-mana. Banyak orang terluka,” kata Wahaj Bani Mufleh, seorang fotografer lokal yang tinggal di Beita, kepada The New Arab selama protes berlangsung.
“Ratusn pemukim berada di Gunung Sabih dan kami dapat mendengar mereka bernyanyi dari seberang lembah sementara tentara pendudukan menembaki kami,” jelas Bani Mufleh.
“Senin pagi (10/4), para pemukim mulai berkumpul di persimpangan Zaatara, bersiap untuk berbaris di Gunung Sabih, kemudian sekitar pukul 09.00, penyerbuan dimulai,” kata Majdi Hamayel, seorang penulis dan aktivis dari Beita, kepada TNA.
“Pasukan pendudukan telah mengantisipasi dan menyelinap ke kebun zaitun dalam perjalanan ke Gunung Sabih, mengatur penembak jitu untuk menghentikan penduduk desa mendekat dan memprotes,” kata Hamayel.
“Meskipun demikian, banyak penduduk desa, terutama pemuda, berhasil melewati dan meprotes sangat dekat dengan lokasi penyerbuan pemukim,” jelasnya.
Ben-Gvir telah datang ke Gunung Sabih berkali-kali sebelumnya sebagai bagian dari kampanye politiknya di antara para pemukim,” kata Hamayel.
“Organisasi pemukim yang terus bersikeras membangun kembali permukiman di Gunung Sabih didukung oleh politisi “Israel” seperti Ben-Gvir dan dilindungi oleh tentara,” tegasnya. “Ini berarti perluasan permukiman di tanah kami adalah tindakan yang dilakukan negara, bukan sekadar pemukim nakal.”
Media “Israel” melaporkan bahwa para pemukim yang menyerbu Gunung Sabih pada Senin (10/4) diamankan oleh seluruh batalion tentara “Israel” dan ribuan pasukan polisi perbatasan “Israel”.
Seorang pemimpin pemukim dan salah satu penyelenggara serangan, Daniela Weiss, dikutip oleh media “Israel” mengatakan bahwa penyerbuan Gunung Sabih pada Senin (10/4) adalah bentuk “tekanan pada pemerintah untuk membebaskan diri dari perintah AS dan Eropa” dalam hal ilegalitas permukiman “Israel”.
Weiss muncul di pemukim lain yang menyerbu Gunung Sabih pada akhir Februari, berbicara kepada media “Israel” dari Gunung Sabih. Dia kemudian menolak mengutuk pogrom pemukim “Israel” di kota Hawara yang hanya berjarak 7 km dari Beita, di mana pemukim membunuh satu warga Palestina, melukai puluhan orang, dan membakar 30 rumah warga Palestina. Sebaliknya, dia menggambarkan pemukim yang berpartisipasi dalam pogrom sebagai “teman-temannya”.
Daerah Nablus dan Ramallah utara di Tepi Barat yang diduduki telah menjadi pusat kekerasan pemukim “Israel”dalam beberapa bulan terakhir, dengan serangan hampir setiap hari oleh pemukim “Israel” di desa, tanaman, dan properti Palestina.
Akhir pekan lalu, Palestinian Higher Commission for Israeli Settlements and Wall Affairs merilis sebuah laporan, yang menyatakan bahwa pada bulan Maret saja, ada 436 serangan oleh pemukim “Israel” terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. (zarahamala/arrahmah.id)