ATHENA (Arrahmah.id) – Sedikitnya 18 orang yang hendak mencari kehidupan baru di Eropa dengan menyeberangi Laut Tengah tewas dalam dua kecelakaan kapal yang tidak berkaitan, menurut pejabat Yunani.
Satu perahu tenggelam di lepas pulau Lesbos setelah menghadapi angin kencang. Ada 40 orang di dalamnya, kabarnya semua wanita. Pada Kamis pagi (6/10/2022), 16 dari mereka ditemukan tewas, kata penjaga pantai Yunani.
Sembilan dilaporkan diselamatkan, sementara pencarian kapal menggunakan helikopter dilanjutkan untuk 15 wanita lainnya.
Sementara itu, sebuah perahu layar yang membawa sekitar 95 pengungsi dan migran menabrak tebing berbatu di tengah angin kencang pada Rabu malam (5/10/2022) di lepas pulau Kythira.
Tim penyelamat melaporkan bahwa 80 orang telah diselamatkan, tetapi dua orang ditemukan tewas pada Kamis pagi (6/10).
Video online yang beredar menunjukkan penumpang kapal mati-matian berusaha memanjat dinding tebing setelah kecelakaan itu.
“Kami bisa melihat perahu menabrak batu dan orang-orang memanjat tebing mencoba menyelamatkan diri. Pemandangan yang menyedihkan,” kata Martha Stathaki, seorang warga lokal kepada The Associated Press.
“Semua penduduk di sini pergi ke pelabuhan untuk membantu.”
Petugas pemadam kebakaran menurunkan tali untuk membantu para pengungsi memanjat tebing. Penyelam Angkatan Laut bergabung dalam upaya tersebut.
Pejabat setempat mengatakan sebuah sekolah di daerah itu akan digunakan untuk menampung mereka yang diselamatkan.
Yunani adalah garis depan krisis Eropa pada 2015 dan 2016, ketika satu juta pengungsi yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan dari Afghanistan, Irak dan Suriah tiba, terutama melalui Turki.
Jumlah kedatangan pengungsi telah menurun tajam sejak itu, tetapi orang-orang yang putus asa masih mencoba memasuki negara itu melalui laut.
Penjaga pantai mengatakan telah menyelamatkan sekitar 1.500 orang dalam delapan bulan pertama tahun ini, bertambah 600 dari tahun lalu.
Pada Desember, setidaknya 30 orang tewas dalam insiden tenggelamnya tiga kapal pengungsi terpisah di Laut Aegea. Penghitungan yang tepat sulit dilakukan karena beberapa mayat tidak pernah ditemukan atau mencapai pantai beberapa minggu kemudian.
Yunani telah menolak klaim dari kelompok hak asasi bahwa banyak orang telah dipaksa secara illegal untuk kembali ke Turki tanpa diizinkan untuk mengajukan klaim suaka.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bulan lalu mengatakan “kebijakan penindasan” Yunani terhadap pengungsi mengubah Laut Aegea menjadi “kuburan”.
Pekan ini, Menteri Migrasi dan Suaka Yunani, Notis Mitarachi menuduh Turki dengan keras mendorong migran ke Yunani, yang melanggar hukum internasional dan perjanjian migrasi 2016 dengan Uni Eropa.
Libanon yang dilanda krisis juga mengalami peningkatan penyeberangan laut menuju Eropa.
Lebih dari 150 orang berada di kapal kecil yang berlayar pada Rabu (5/10) dengan harapan mencapai Italia untuk kehidupan yang lebih baik.
Karena gelombang tinggi, kapal kehilangan kendali dan terbalik di pelabuhan Tartous, Suriah, sekitar 50 km (30 mil) utara Tripoli, Libanon. Sekitar 100 orang diperkirakan tewas.
Mereka yang berada di kapal sebagian besar orang Libanon, Suriah dan Palestina, termasuk anak-anak dan orang tua, menurut PBB. (zarahamala/arrahmah.id)