MALI (Arrahmah.id) — Sedikitnya 17 tentara pada Ahad (8/8/2022) dalam serangan di zona perbatasan strategis antara Mali, Burkina Faso dan Niger, kata tentara Mali. Sedangkan, sekitar 22 tentara terluka dan sembilan tentara lainnya hilang, pasca serangan kelompok militan Islam itu.
Dilansir France24 (9/8), dikatakan pasukan Mali kemudian memukul mundur serangan oleh kelompok yang berasal dari militan Islamic State Greater Sahara (ISGS), yang berafiliasi dengan Islamic State (ISIS)
Korban tewas sebelumnya adalah empat tentara dan dua warga sipil.
Dua warga sipil yang tewas adalah pejabat terpilih setempat, kata kerabat mereka kepada AFP.
Tentara mengatakan pada hari Senin bahwa mereka membunuh tujuh dari pihak penyerang, “kemungkinan” dari kelompok ISGS, menambahkan bahwa ada “jumlah yang tidak diketahui yang tewas dan terluka yang dibawa oleh para penyerang”.
Tessit terletak di sisi Mali dari apa yang disebut daerah tiga perbatasan di wilayah kaya emas yang luas di luar kendali negara.
Seperti seluruh zona, Tessit bahkan lebih terisolasi selama musim hujan ketika hujan deras menghalangi akses.
Ribuan penduduk telah meninggalkan daerah itu, banyak yang menuju ke kota Gao, sekitar 150 kilometer (90 mil) jauhnya.
Tentara Mali, yang memiliki kamp militer di sebelah kota Tessit, sering diserang di daerah itu.
Penjaga perdamaian PBB dan, hingga beberapa bulan lalu, tentara Prancis dari Operasi Barkhane, juga telah dikerahkan di sana.
Insiden terpisah
Dalam insiden terpisah, Barkhane pada hari Minggu mengumumkan bahwa mereka telah “menetralisir” seorang kader dan beberapa pejuang jihad di daerah Talataye, sekitar 200 kilometer timur laut Gao, sehari sebelumnya.
Pasukan Barkhane saat ini sedang bersiap untuk keluar dari pangkalan terakhir mereka di Mali, di Gao, untuk dipindahkan ke Niger setelah junta Mali berpaling dari Prancis dan menuju Rusia dalam perjuangannya melawan jihadisme.
Juga hari Ahad, lima petugas polisi tewas dalam serangan di Sona, di daerah Koutiala di Mali selatan dekat perbatasan dengan Burkina Faso.
Mali sedang berjuang dengan pemberontakan panjang jihadis yang telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Kekerasan yang dimulai di utara telah menyebar ke tengah dan selatan negara itu, serta ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.
Mali juga berada dalam cengkeraman pergolakan politik menyusul kudeta militer pada Agustus 2020 dan Mei 2021. (hanoum/arrahmah.id)